27 Februari 2009 Asing Berminat Garap WiMax RI

Penataan jaringan belum tuntas

Bandung, Bisnis Indonesia – Sebanyak 13 perusahaan manufaktur dari Taiwan, Korea, Kanada, dan Amerika Serikat tertarik mengeksplorasi kerja sama pengembangan broadband wireless access (BWA) atau worldwide interoperability for microwave access (WiMax) dengan sejumlah perusahaan dalam negeri.

Salah satu dari perusahaan asing tersebut adalah Inter Corporation yang di Indonesia lebih dikenal dengan produk prosesor komputernya.

Werner Sutanto, Managing Director South Intel Corp East Asia WiMax Program, mengatakan pihaknya sedang fokus mewujudkan rencana kerja sama produksi infrastruktur pendukung Wimax 802.16e untuk mengembangkan penetrasi pasar BWA di Indonesia.

“Kalau kerja sama ini jalan, industri lokal bisa mempercepat proses belajar untuk mengembangkan WiMax 802.16e,” katanya di sela-sela acara Roundtable Discussion Broadband Economy, kemarin.
Dia menargetkan keputusan kerja sama dengan berbagai pihak bisa ditetapkan bulan depan.

Dia mengatakan kebutuhan akan peranti komunikasi berkecepatan tinggi semakin meningkat seiring dengan pergeseran gaya hidup masyarakat dari berbasis suara ke data.

Di sisi lain, kata Werner, pengembangan broadband di Indonesia terkendala minimnya infrastruktur pendukung sistem itu seperti jaringan base station (BS) dan subscriber station (SS) dia nilai belum memadai.
“Saat ini penetrasi pasar broadband hanya mencapai 400.000-500.000 pengguna dari 240 juta penduduk Indonesia, padahal kebutuhan jauh diatas itu,” katanya.

Dia mengatakan masuknya teknologi WiMax disenergikan dengan penggunaan notebook berpotensi menyusutkan biaya produksi hingga 33% sehingga pengguna berkesempatan mendapatkan layanan akses data berkecepatan tinggi dengan harga lebih terjangkau.

Suhono Harso Supangkat, Guru Besar Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, mengatakan pengembangan broadband berpotensi mendongkrak pendapatan masyarakat dengan nilai ekonomis mencapai Rp300 triliun hingga 2018.

“Jika pengembangan ini berhasil, setidaknya dalam 10 tahun akan menambah pengguna broadband menjadi 120 juta pelanggan,” ujar Suhono yang juga staf ahli Menkominfo.

Penataan Jaringan
Dalam perkembangan lain, salah satu operator besar yang berminat mengikuti tender WiMax, PT Indosat Tbk menyatakan akan mematuhi ketentuan yang diberlakukan pemerintah.

Wahyu Wijayadi, Director of Corporate Services PT Indosat Tbk, menuturkan sejauh ini pemerintah baru memberikan informasi pembukaan usaha WiMax tanpa penjelasan terperinci.

“Kami masih menunggu ketentuan seperti apa dan tampaknya baru akan diketahui pada April 2009,” tuturnya kemarin.

Menurut Wahyu, posisi Indosat masih menunggu jawaban atas klarifikasi kepada pemerintah tentang peluang Indosat mengikuti tender tersebut. “Pada dasarnya kami siap mematuhi ketentuan yang berlaku dan kami masih memiliki banyak waktu terkait perpindahan dari 3,3 HGz,” ujarnya.

Indosat melalui IM2 bersama operator BWA lainnya, PT Telkom dan PT Starkom, dalam rangka penataan frekuensi telah diminta pemerintah untuk migrasi atau keluar dari pita frekuensi tersebut dalam waktu 7 bulan.

Adapun anak usaha Indosat lainnya yaitu PT Aplikanusa Lintasarta yang berada di pita 3,5 GHz sesuai dengan regulasi harus bermigrasi ke pita 3,3 GHz karena pita 3,5 GHz akan digunakan untuk satelit. Pemerintah memberikan waktu migrasi ke-2 tersebut sekitar 1,5 tahun kedepan. (K39/RONI YUNIANTO) (redaksi@bisnis.co.id)

0 komentar: