03 Maret 2009 2009, Telkom Operasikan Wimax di Sumatera

Oleh Rizagana

Jakarta, Investor Dily – PT Telkom Tbk tengah menguji coba Wimax di Sumatera untuk segera diimplementasikan secara komersial pada tahun ini. Dana investasi telah disiapkan dari capex 2009.

Demikian dikatakan Direktur IT dan Supply PT Telkom Indra Utoyo dan Executive General Manager Telkom Divisi Regional I Sumatera Muhammad Awaluddin. Mereka dihubungi Investor Daily dalam kesempatan terpisah.

“Untuk penggelaran Wimax secara komersial, kami sudah siapkan dananya dalam capex 2009. Besarannya saya lupa,” kata Indra Utoyo kepada Investor Daily, Senin (2/3).

Dia mengatakan, penggelaran Wimax itu merupakan keharusan karena Telkom telah memiliki lisensi broadband wireless access (BWA) pada frekuensi 3,5 GHz. Frekuensi 3,5GHz akan dipakai untuk satelit, sehingga pemerintah minta pemiliknya segera bermigrasi ke frekuensi 3,3 GHz yang disediakan untuk BWA, bersamaan dengan frekuensi 2,3 GHz.

“Nantinya, Wimax itu bukan untuk konsumsi ritel, tapi korporasi atau untuk melayani daerah tertentu yang disambungkan dengan Wi-Fi. Misalnya untuk komunitas tertentu di daerah tertentu,” kata dia.

Awaluddin menambahkan, setelah uji coba, Telkom segera memasuki tahap komersialisasi dari Wimax. “Kami sudah desain untuk masuk ke semua kota di Sumatera. Untuk 2009, planning kami ada 40 node untuk based station Wimax. Ini setara dengan 139 BTS (radio pemancar) Wimax,” kata Awaluddin.

Di Sumatera ada 10 provinsi dan 140 kabupaten/kota. Pada Kabupaten datau Kota tertentu, bahkan bisa di-cover oleh hanya satu BTS Wimax.

Dia menjelaskan, pemerintah memberi bandwidth sebesar 100 MHz untuk satu blok. Satu blok ditetapkan ada delapan operator, sehingga tiap operator akan mendapat jatah 12,5MHz. “Bandwidth 12,5 MHz itu setara dengan maksimum bandwidth sebesar 5 Gbps (giga bit per detik). Atau dengan standar throughput 12 Kbps, berarti bandwidth sebanyak itu bisa dipakai oleh 400 ribu pelanggan,” kata dia.

Secara nasional, pemerintah telah membagi wilayah Indonesia menjadi tujuh blok Wimax. Di Sumatera ada empat blok, yakni Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, dan Kepulauan Riau. “Kami telah memiliki lisensi untuk frekuensi 3,3 GHz di tiga blok. Kami tidak punya lisensi di Kepulauan Riau,” kata Awaluddin.

Di blok-blok itu, menurut dia, beberapa perusahaan telah memiliki lisensi 3,3 GHz. Di Sumbagut, misalnya, ada lima perusahaan yang telah memiliki lisensi BWA, yakni PT Lintasartha, PT Indosat, PT Telkom, PT Startcom dan PT Citra Sari Makmur (CSM). Begitu juga di blok yang lain.

“Lisensi BWA ini akan kami manfaatkan untuk menggelar Wimax sebagai menjadi solusi ketersediaan broadband bagi uncovered demand, baik di dalam maupun diluar kota,” kata Awaluddin.

Di dalam kota (inner city), lanjut dia, belum tentu seluruh permintaan bisa terpenuhi. Apalagi di luar kota (outer city). Wimax akan menjadi solusi untuk ketersediaan layanan broadband. Hasil uji coba Telkom, daya jangkau Wimax mancapai 20 kilometer (km) lebih.

“Selain sebagai solusi uncovered demand untuk broadband, dalam konteks siklus teknologi ke depan, Telkom akan masuk ke Wimax sebagai tahap pre-LTE,” kata Awaluddin. Long term evolution (LTE) adalah teknologi telekomunikasi generasi keempat (4G).

Dia menjelaskan, ujicoba Wimax di Divre I Sumatera sudah selesai dilakukan. Yakni, uji coba penggunaan teknologi Wimax nomadic (bukan mobile). Perangkat dari beberapa vendor telah diuji coba di lima kota, yakni Medan, Pematang Siantar, Palembang, Batam da Pekanbaru.

“Hasilnya, daya jangkau Wimax dari based station ke subsriber station mencapai 20 km. Ujicoba kami berhasil semua. Paling tidak ini bisa untuk solusi kebutuhan bandwidth di outer city,” kata dia.

0 komentar: