04 Maret 2009 Assi: Persaingan Bisnis VSAT Sudah Tak Sehat

Telkom & Indosat bahas slot 150,5° BT

Oleh Roni Yunianto

Jakarta, Bisnis Indonesia – persaingan bisnis layana VSAT (very small aperture terminal) dinilai sudah tidak sehat, sehingga diperlukan adanya konsolidasi bisnis satelit di Tanah Air.

Tonda Priyanto, Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (Assi), mengatakan sudah waktunya bagi Indonesia untuk membentuk konsorsium satelit.

“Pembentukan konsorsium ini dibutuhkan untuk mewujudkan konsolidasi di bisnis satelit,” ujarnya Senin malam.

Menurut Tonda, salah satu pertimbangan konsolidasi bisnis satelit adalah menjaga kompetisi di industri yang mulai ditandai dengan perang harga di antaranya kompetisi antaroperator VSAT.

“Saat ini sudah terlalu banyak perizinan untuk pemain VSAT, dangan banyaknya pemain maka banyak terjadi banting-bantingan harga dan dikhawatirkan akan banyak yang mengalami kolaps mereka rugi padahal sudah investasi,” tuturnya.

Jumlah pemilik izin penyelenggara VSAT saat ini sekitar 20 perusahaan, yang diantaranya dikuasai pemain besar PT Citra Sari Makmur (SCM) dan PT Aplikanusa Lintasarta-anak usaha Indosat.

VSAT merupakan perangkat untuk menerima dan mengirim data ke satelit dan menggatikan komunikasi terestrial jaringan kabel.

Skala ekonomis
Saat ini, pemanfaatannya lebih banyak didominasi sektor jasa keuangan, asuransi, ritel, pariwisata, pemerintah dan layanan publik. Dengan memiliki 400 pelanggan, bisnis VSAT sudah dapat mencapai skala ekonomis.

Dalam perkembangan lain, operator yang berencana membentuk konsorsium satelit di slot orbit 150,5° BT (Bujur Timur) masih akan bertemu untuk membahas potensi bisnis satelit tersebut.

Guntur S. Siboro, Direktur Pemasaran PT Indosat Tbk, mengatakan masih ada beberapa hal terperinci yang akan dibahas dalam diskusi bersama manajemen PT Telkom.

“Satelit mempunyai latar belakang bisnis yang unik, karena harus menaruh dana di depan dengan nilai antara US$200 juta-US$300 juta, salah perhitungan bisa rugi,” ujarnya kepada Bisnis.

Menurut dia, bisnis itu perlu memperhitungkan perkembangan ekonomi global yang tengah dilanda krisis dan perkembangan investasi satelit untuk 2 tahun kedepan. “Di bisnis ini, jika kami salah memutuskan, satelit yang sudah orbit kan tidak dapat ditarik kembali,” tegasnya.

Rencananya, diskusi antara Indosat dan Telkom tersebut masih bersifat informal dan baru pada tahapan awal terutama terkait potensi pasar bisnis satelit dan tidak sampai membahas belanja modal dan penundaan jadwal.

Tonda yang juga menjabat General Manager Satellite Sub Division PT Telkom mengatakan proses administrasi dengan pemerintah dan Indosat masih berjalan. “Kami masih menuggu administrasi ini selesai untuk mendapat kejelasan siapa yang akan mengurus slot ini,” ujarnya kepada Bisnis. (roni.yunianto@bisnis.co.id)

0 komentar: