05 Maret 2009 Pita 2,5 GHz Untuk BWA

Posisi Media Citra Indostar Terancam

Oleh Fita Indah Maulani & Arif Pitoyo

Jakarta, Bisnis Indonesia – Pemerintah meminta sejumlah penyelenggara broadband wireless access (BWA) di pita 3,3 GHz untuk berpindah ke pita 2,5 GHz untuk mengatasi sempitnya alokasi setiap operator di spektrum tersebut.

Di pita 3,3 GHz, selain terdapat operator eksisting, juga bermukim penyelenggara BWA pindahan dari pita 3,5 GHz.

Depkominfo berencana mengalokasikan frekuensi 2,5 GHz untuk pengguna BWA, sementara saat ini masih ada sekitar 25 kanal di frekuensi tersebut yang masih dimiliki oleh PT Media Citra Indosatra (MCI).

Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh mengatakan kebijakan masa lalu yang membuat suatu perusahaan bisa memiliki 25 kanal di frekuensi 2,5 GHz. Pihaknya menghormati keputusan yang telah diambil pada masa lalu.

“Namun, sebuah kanal kan bukan diberikan untuk seumur hidup, ada peninjauan kembali setiap 5 tahun sekali, yaitu pada 2012,” ujarnya kemarin.

Dia memastikan begitu suatu frekuensi diputuskan akan dialokasikan untuk operator tertentu, maka tidak ada pihak yang bisa melakukan intervensi.

Nuh mengaku tidak bisa mengevaluasi sekarang karena berkaitan dengan kepastian berbisnis di Indonesia. Jadi, meskipun ada isu kepemilikan frekuensi yang besar oleh PT MCI, tidak bisa serta merta dilakukan pengurangan.

MCI yang menjadi operator TV berbayar Indovision itu, selama ini dituding melakukan monopoli frekuensi di spektrum 2,5 GHz dengan jumlah pita selebar 150 MHz.

Forum Komunikasi Broadband Wireless Indonesia (FKBWI) menilai jumlah tersebut terlalu besar apabila hanya digunakan untuk TV berbayar karena pelanggan yang bisa menikmati maksimal hanya 500.000 orang, sementara jika diberikan untuk akses teresterial bisa digunakan oleh 10 juta pelanggan.

Nuh menilai MCI tidak bisa disalahkan atas kepemilikan spektrum yang besar karena sudah sesuai dengan prosedur saat itu.

“Namun, jika perkembangan teknologi menuntut adanya pengurangan frekuensi tentu kita tidak menutup mata. Evaluasi itu biasanya dilakukan setiap 5 tahun dan sekarang kami terus memantau penggunaannya,” tegasnya.

Teknologi yang dimaksud oleh Nuh adalah worldwide interoperability for microwave access (Wimax). Rencananya, pemerintah akan menenderkan frekuensi untuk teknologi tersebut di spekterum 2,3 GHz hingga 3,3 GHz pada April.

“Seandainya untuk menerapkan WiMax ada persinggungan dengan frekuensi MCI, evaluasi masih terbuka lebar,” tegasnya.

Tidak Monopoli
Presiden Direktur PT MCI Agus Mulyanto enggan menjawab pertanyaan Bisnis. Sementara Sekretaris Perusahaan PT MCI Arya Mahendra mengatakan tidak ada monopoli frekuensi untuk pita 2,5 GHz.

“Frekuensi itu kan pasti diserahkan kepada satu perusahaan untuk dikelola, jadi tidak benar ada istilah monopoli. Pemerintah sudah mengalokasikan frekuensi untuk WiMax, sementara untuk satelit juga sudah dialokasikan. Jadi mana kesalahannya?” tegasnya kepada Bisnis, kemarin.

Dia mengajak agar industri yang terkait dengan teknologi informasi dan telekomunikasi tidak saling membunuh dan bisa berkembang bersama-sama, mengingat PT MCI sudah menjalankan usahanya lebih dari 15 tahun.

Kita disinggung mengenai terlalu besarnya lebar pita yang digunakan oleh MCI, Arya mengatakan untuk satelit, alokasi pita yang dimanfaatkan pihaknya termasuk yang paling kecil dibandingkan dengan operator televisi berbayar lainnya.

Ketua Forum Komunikasi Broadband Wireless Indonesia Barata Wisnu Wardhana mengatakan penguasaan frekuensi 2,5 GHz sebesar 150 MHz oleh Media Citra Indostar tidak sesuai dengan kesepakatan di International Telecommunication Union (ITU).
(fita.indah@bisnis.co.id/arif.pitoyo@bisnis.co.id)

0 komentar: