23 Juli 2009 ‘Jaringan internasional belum memadai’

Harga local loop dinilai masih tinggi

Oleh Roni Yunianto
Bisnis Indonesia

Jakarta: Penggelaran jaringan tulang punggung (backbone) dan kapasitas untuk bandwidth internasional di Indonesia dinilai belum memadai.

Titon Dutono, Direktur Telekomunikasi Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika, mengatakan sebagai konsekuensi dari kenyataan itu maka pihaknya menyambut permohonan lisensi untuk jaringan tertutup internasional.

“Belum memadai, untuk itu kami akan terima inisiatif siapa pun yang mau berbisnis ini dengan sengang hati,” ujarnya kepada Bisnis kemarin.

Menurut Titon, secara ideal, semakin banyak penyediaan jaringan backbone internasional maka Internet akan menjadi semakin murah.

“Sejauh ini 30% biaya Internet terbebani bandwidth internasional kalau penggelarannya semakin banyak maka ini bisa dibagi-bagi lagi,” ujarnya.

Selain biaya bandwidth internasional, penyedia jasa Internet masih terbebani biaya untuk backbone nasional dan biaya akses atau dari backhaul ke backhaul.

Di sisi lain, Titon mengatakan pada saat ini kebutuhan bandwidth internasional Indonesia menunjukkan tren meningkat.

“Hanya saja ketersediaan layanan tidak merata di seluruh Indonesia. Kami ingin mengupayakan agar ketersediaan kapasitas dan akses ke seluruh wilayah dan mendorong investor membangun titik-titik koneksi [ke backbone internasional ini].”

Saat ini sudah ada enam penyedia backbone internasional dan rata-rata memiliki titik labuh di Singapura dan Malaysia.

“Tahun ini, Bakrie akan merealisasikan sambungan jaringan internasional ke Darwin Australia menuju ke Tier-1, jadi tidak lama lagi ada yang melalui jalur selatan,” paparnya.

Penyelenggara jasa Internet menilai persoalan terbesar pada jaringan internasional adalah tingginya harga local loop dan sewa jaringan.

Sudah memadai
Wahyoe Prawoto, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, menilai ketersediaan kapasitas bandwidth internasional sudah memadai kebutuhan pengguna Internet.

“Persoalannya ada di link, penyedia backbone internasional juga harus menyebarkan titik-titik koneksi terutama di luar Jawa agar kondisinya mendekati Pulau Jawa,” jelas Wahyoe.

Koneksi link ke backbone internasional dinilai rawan oleh anggota PJI yang harus mencari satu link tambahan untuk back-up.

“baru-baru ini ada tiga sampai empat kabel putus karena kena jangkar kapal, anggota kami harus mencari backup.”

Dia mengatakan penyebaran titik link dengan teknologi kabel masih lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satelit.

Sejumlah kalangan menilai Indonesia paling tidak harus membangun tiga titik gateway internasional, yaitu di Jakarta, Papua, dan Kalimantan.
(FITA INDAH MAULANI) (roni.yunianto@bisnis.co.id)

0 komentar: