29 Juli 2009 Laba bersih Telkom turun

Multimedia Nusantara dapat suntikan dana Rp1 triuliun

Oleh Bambang P. Jatmiko & Sylviana Pravita R.K.N
Bisnis Indonesia

Jakarta: Laba bersih semester I/2009 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk turun di bawah 5% dibandingkan dengan semester I/2008 yang mencapai Rp6,29 triliun.

Telkom juga mengkaji opsi penghapusan pencatatan saham (delisting) di bursa saham New York (New York Stock Exchange/NYSE) dan melirik pencatatan saham (listing) pada sebuah bursa efek di kawasan Eropa.

“Pendapatan Telkom pada tahun lalu tumbuh single digit, tetapi laba bersih semester I/2009 Telkom turun di bawah 5% dari semester I/2008,” ujar eksekutif yang mengetahui kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu, kemarin.

Saat dikonfirmasi Bisnis, Chief Financial Officer Telkom Sudiro Asno tidak membantah soal turunnya laba bersih Telkom pada semester I tahun ini.

Namun, kata Sudiro, kinerja operasional Telkom pada semester I/2009 menunjukkan peningkatan. “Pendapatan Telkom pada semester I/2009 membaik,” katanya.

Sudiro memaparkan peningkatan pendapatan tersebut terkait dengan penambahan 10 juta pelanggan pada semester I/2009, sehingga total pelanggan Telkom menjadi lebih dari 75 juta.

Selanjutnya, pelanggan Flexi juga meningkat 700.000 pelanggan menjadi 13,3 juta pelanggan. Telkom bahkan meraih laba kurs senilai Rp500 miliar pada semester I/2009.

“Jadi, soal laba bersih yang turun itu disebabkan oleh beban usaha yang meningkat dibandingkan dengan semester I/2008,” kata Sudiro.

Sudiro enggan menyebutkan nilai beban usaha yang ditanggung Telkom selama semester I/2009. Adapun, pada semester I/2008 beban usaha Telkom mencapai Rp17,71 triliun.

Selanjutnya, Telkom mengkaji soal delisting di NYSE. “Kami mengkaji delisting di New York dan menelaah soal listing di sebuah bursa efek di Eropa.”

Serikat Karyawan (Sekar) Telkom mendesak pemegang saham dan manajemen perseroan delisting dari NYSE untuk efisiensi dan efektivitas.

Wartono Purwanto, Ketua Umum Sekar Telkom, mengungkapkan proses listing di NYSE dirasakan kontraproduktif karena implementasi aturan turunan yang dinilai memberatkan.

Dia menyebutkan aturan pengelola Sarbanas-Oxlay Act (SOX) yang harus diterapkan emiten di NYSE membutuhkan biaya audit hingga kisaran Rp100 miliar, padahal audit bisa dilakukan setiap semester.

Kemarin, harga saham emiten berkode TLKM ini ditutup pada level Rp8.950 atau naik 1,70% dibandingkan dengan 27 Juli 2009, yaitu Rp7.880. mengacu ke harga saham itu, kapitalisasi pasar Telkom mencapai Rp180,43 triliun.

Suntikan ke Metra
Telkom juga memastikan menyuntik anak usahanya, PT Multimedia Nusantara (Metra) sebesar Rp1 triliun pada tahun ini untuk mendukung ekspansi bisnis perusahaan tersebut.

Direktur Telkom yang juga menjadi Presiden Komisaris Metra Indra Utoyo mengatakan dana penyuntikan ke perseroan diambil diluar belanja modal yang dialokasikan Telkom pada tahun ini.

“Dari jumlah itu, sebesar Rp598 miliar sudah dipakai untuk membeli Infomedia Nusantara dari Elnusa. Selain itu sebesar Rp100 miliar juga sudah digunakan untuk membentuk anak usaha baru, yaitu Metranet, sehingga tinggi Rp300 miliar,” tuturnya.

Presiden Direktur Metra Alex J. Sinaga menuturkan penyuntikan modal oleh Telkom pada tahun ini merupakan yang terbesar. Sebelumnya, BUMN telekomunikasi tersebut menyuntik Metra di bawah Rp1 triliun.

Selama semester I tahun ini, pendapatan Metra mencapai Rp800 miliar. Dari jumlah itu, laba bersih yang dicatat perseroan mencapai Rp10 miliar.

“Karena terdapat depresiasi dan amortisasi, maka laba yang kami dapat di kisaran Rp10 miliar. Kedepan kami akan menggenjot berbagai bisnis yang kami jalankan,” tuturnya.

Metra sejauh ini bergerak di bidang layanan multimedia dan layanan data menggunakan satelit. Perusahaan ini merupakan salah satu anak usaha Telkom dengan skala bisnis yang besar. (MUHAMMAD SUFYAN) (bambang.jatmiko@bisnis.co.id/sylviana.pravita@bisnis.co.id)

0 komentar: