29 Juli 2009 Pentingkan Fungsi, Bukan Sekedar Gaya

Seputar Indonesia
28 Juli 2009

Rahman semringah. Foto putranya yang berusia tiga tahun sedang lucu-lucunya bermain pasir di seberang kota, baru saja dikirim melalui fasilitas BlackBerry Messengger (BBM) oleh istrinya.

Tak lama berselang, sang istri Khadijah, juga mengirim foto sang jagoan yang sedang berlari-lari di perkarangan rumahnya di Cianjur. Seolah siaran langsung, adegan demi adegan buah hati tersaji di genggaman tangan pada layar seri Javelin miliknya.

Atas nama tuntutan karier, Rahman tinggal berjauhan. Sulit baginya memantau langsung perkembangan sang buah hati. Terpisah jarak ratusan kilometer, ”silaturahmi virtual” dengan anak-istri melalui telepon seluler menjadi satu-satunya pilihan. “Beruntung, teknologi ponsel makin canggih. Dengan BBM, saya bisa berkirim gambar, teks, dan suara, kapan pun dan di mana pun sebanyak-banyaknya dengan cepat. Kirim gambar saja kurang dari tiga detik,” tuturnya.

Pengguna kartu prabayar Simpati ini menjelaskan, dia setiap hari dapat berkomunikasi dengan istrinya melalui layanan pesan di BlackBerry itu minimal mengirim lima gambar, puluhan kali teks, dan sedikitnya dua pesan suara. Semua itu hanya butuh biaya Rp6.000 per hari atau total Rp180.000 per bulan pada paket BlackBerry Internet Service Telkomsel yang biasa diaksesnya melalui registrasi inovatif di dunia yakni SMS 333.

“Sekarang, Alhamdulillah terasa hematnya, tapi kepuasannya jauh lebih tinggi. Mau ratusan kali chat, puluhan kali kirim gambar, atau dengar suara anak-istri sesering mungkin, kalau pakai BBM ya bayarnya tetap Rp6.000,” kata karyawan swasta ini.

Bahkan, tarif sebesar itu ternyata masih dapat digunakan untuk mengecek push email pada lima akun miliknya, cek Facebook kapan pun, browsing sepuasnya, hingga chatting total dengan koleganya.

Dia memang pantas semringah atas kemudahan dan kemurahan komunikasinya sekarang. Dulu, saat belum banyak mengakses layanan mobile penunjang lifestyle pada BlackBerry, dalam sebulan sedikitnya dia harus merogoh pulsa Rp300.000. Angka itu digunakan hanya untuk komunikasi ke istri dan anaknya, belum termasuk bea komunikasi pekerjaan. Sebab, kungkungan rasa rindu keluarga membuatnya intens mengirim SMS, kirim gambar melalui e-mail akses WAP, juga menelepon.

Sementara, tarif kirim SMS sesama Simpati sebesar Rp100 per SMS, tarif internet via jalur WAP Rp12 per kb, dan tarif telepon on net Rp1.500 per menit. Alhasil, pria 29 tahun ini rata-rata mengeluarkan pulsa sekitar Rp12.000 per hari. Kini dengan pengurangan biaya hingga separuhnya, wajar jika kemudian BlackBerry kian lekat dalam kehidupannya. “Jika sampai ketinggalan, seperti hilang separuh napas,” katanya.

Kepuasan yang dirasakah Rahman sebenarnya tidak muncul begitu saja. Kerap terdengar keluhan pengguna layanan mobile lifestyle berbasis internet kecepatan tinggi yang meski menawarkan tarif murah, tapi layanannya murahan. Situasi itu terjadi ketika kapasitas jaringan dan kelengkapan infrastruktur yang dimiliki sebuah operator tidak seimbang dengan tingkat permintaan yang meledak, imbas kian menariknya layanan seperti BBM tadi.

Pada titik ini, wajar jika mereka yang menguasai jaringan, merekalah yang dapat memuaskan pelanggan, dan akhirnya memimpin pasar. Berdasarkan catatan Seputar Indonesia, Telkomsel Jabar sekarang mendominasi sektor ini. Tengoklah jumlah menara telekomunikasi eksisting yang mencapai sekitar 1.800 di Tanah Pasundan ini. Jumlah ini hampir mencapai dua kali lipat dari yang dimiliki kompetitor terdekatnya, PT Indosat West Java Regional Office dengan 980 menara.

Demikian pula dengan menara khusus 3G alias node B, yang masih lebih banyak dibandingkan operator lain. Secara keseluruhan, terdapat 4,500 node B di Indonesia serta sekitar 450 site di Jawa Barat ini. Dengan infrastruktur sebesar ini, indikator performa pun mentereng adanya. Kapasitas SMS hingga 4 miliar SMS per hari, kapasitas handling 75 juta, serta call completion rate 98,66% dari tiap panggilan.

Jadi, tak perlu heran jika kemudian total pelanggan Telkomsel Jabar sudah menembus angka 5 juta atau setara penguasaan pangsa pasar sekitar 50% dari estimasi total pelanggan seluler Jabar 18 juta nomor. Dengan rumus konsisten memberikan tarif terjangkau, inovatif, dan disajikan prima, siapa pun operatornya akan bisa menggenggam pasar erat-erat. Tantangannya kemudian adalah mempertahankan kualitas layanan ini secara teguh.

Di tengah pertumbuhan pelanggan, khususnya layanan data yang eksponensial, plus perizinan pembangunan menara yang tidak mudah lagi, operator seluler di Jabar otomatis menghadapi persoalan manjemen pasokan dan permintaan yang rumit. Dengan kata lain, jangan sampai layanan menurun begitu jumlah pelanggan bertambah akibat telatnya jaringan dibangun.

Jika hal seperti ini terjadi, percayalah bahwa layanan ponsel tak lagi mampu menjadi gaya hidup, tapi hanya sekadar gaya-gayaan. (irvan christianto)

0 komentar: