26 Agustus 2009 Telkom Jadi Raja Telepon dan Penguasa Menara

Menakar kontribusi Indonesian Tower bagi pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia

Abdul Wahid Fauzie

Jakarta, Kontan – Gagal berekspansi ke Iran, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyiapkan ekspansi bisnis di dalam negeri. Kini, anak usaha TLKM, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), sedang mengincar 80% saham PT Indonesian Tower milik PT Solusindo Kreasi Pratama.

Eddy Kurnia, Vice President Public and Marketing Communications Telkom menyatakan, perusahaannya sedang merampungkan proses akuisisi tersebut. Belum jelas berapa nilai akuisisi itu serta kontribusi Indonesian Tower bagi pendapatan TLKM. “Kami belum bisa mengungkapkannya,” kata Eddy, kemarin.

Sebagai gambaran, Indonesian Tower adalah perusahaan penyedia menara telekomunikasi. Perusahaan ini memiliki lebih dari 2.800 unit menara di seluruh Indonesia, serta memiliki pelanggan tetap (customer base) sekitar 1.400 penyewa. Tahun lalu, pendapatan Indonesian Tower sekitar Rp300 miliar.

Bertumpu pada seluler
Hitungan Akhmad Nurcahyadi, Analis BNI Securities, tahun ini Indonesian Tower bisa berkontribusi bagi pendapatan TLKM asal proses akuisisi ini kelar dalam waktu dekat. Tapi, kontribusi kotor perusahaan ini masih sangat kecil, yakni 3,5% dari total pendapatan TLKM tahun ini. “Kontribusi Indonesian Tower baru kelihatan signifikan mulai tahun depan,” imbuhnya.

Pendapat Chandra Pasaribu, Analis Danareksa Sekuritas, juga mirip dengan opini Akhmad. Chandra membandingkan, tahun lalau pendapatan Indonesian Tower Rp300 miliar, sementara pendapatan TLKM pada 2008 sudah mencapai Rp60 triliun. “Jadi kecil sekali,” tandasnya.

Akhmad menandaskan bahwa bisnis TLKM tetap akan bertumpu pada dua sektor andalannya, yakni bisnis operator telepon seluler yang dilakoni PT Telkomsel dan bisnis data internet. Kalkulasi Akhmad, tahun ini pendapatan TLKM dari bisnis seluler sekitar Rp36 triliun, naik dari torehan tahun lalu sekitar Rp26,12 triliun. Adapun pemasukan bisnis internet akan naik 15% jadi Rp2,24 triliun.

Dengan berbagai perhitungan tadi, Akhmad memperikirakan TLKM tahun ini berpeluang meraih pendapatan Rp62,25 triliun dan laba bersih Rp11,05 triliun. Sebagai perbandingan, tahun lalu perusahaan telepon milik negara ini meraih pendapatan Rp60,69 triliun dan mengantongi laba bersih Rp10,6 triliun.

Sementara, hitungan Chandra, tahun ini pendapatan TLKM kurang lebih sama dengan pendapatan tahun lalu sebesar Rp60,69 triliun. “Bisnis telekomunikasi sudah sangat terbatas pertumbuhannya,” katanya.

Menurut Chandra, bisnis seluler masih menyokong 60%-70% pendapatan TLKM. Jadi, tahun ini pendapatan TLKM dari bisnis telepon seluler mencapai Rp36 triliun – Rp42 triliun.

Berbekal perimbangan tadi, Chandra merekomendasikan tahan saham TLKM. Dia juga menghitung, harga wajar saham TLKM hanya Rp8.400 per saham. Sementara, kemarin (25/8), harga saham TLKM sudah mencapai Rp8.650 per saham.

Tapi, Akhmad masih merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp9.250 per saham. Pertimbangannya, harga TLKM masih murah. Price Earning Ratio (PER) TLKM masih 16,09 kali, di bawah PER industri yang sudah 21,84 kali. ■

0 komentar: