01 September 2009 Lokasi telepon perdesaan dinilai salah

Oleh Fita Indah Maulani
Bisnis Indonesia

Jakarta: Lokasi desa berdering yang ditetapkan pemerintah dan Telkomsel sebagai pemenang proyek universal service obligation (USO) dinilai kurang tepat sasaran, karena di beberapa daerah desa yang dipilih sudah memperoleh layanan telekomunikasi seluler.

Rudi Rusdiah, Ketua Asosiasi Pengusaha Warnet Komunitas Telematika (APWKomitel), mengatakan dalam perjalanannya ke Long Bawan dan Long Kiwan, daerah di Nunukan yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia, sudah terpasang base transceiver station (BTS) Telkomsel.

“Hal ini diperoleh ketika saya dan tim melakukan survei untuk membangun telecenter yang akan didanai oleh World Wildlife Fund [WWF]. Di sana Internet tidak ada sama sekali padahal banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung melihat keindahan hutan Kalimantan,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Di kedua daerah tersebut, desa yang dipilih sebagai desa berdering adalah desa yang lokasinya dekat dengan BTS Telkomsel, atau dengan kata lain sudah memperoleh sinyal seluler dari operator tersebut.

Padahal, masih banyak desa di wilayah tersebut yang belum ada sinyal telepon sama sekali. Penduduknya harus berjalan jauh untuk mencari sinyal.

Kepala desa meminta agar dana USO tersebut diberikan ke desa yang benar-benar belum terjangkau sinyal.

Santoso Serad, Kepala Balai Telekomunikasi dan Informasi Perdesaan (BTIP), mengatakan syarat utama desa yang ditunjuk sebagai lokasi proyek USO desa bedering harus belum ada layanan telekomunikasi bagi kepentingan umum.

“Mungkin saja Telkomsel menyediakan BTS namun untuk penggunaan terbatas, seperti di jalur laut yang dikhususkan untuk komunikasi kapal, atau di daerah pertambangan di mana ada jalur telekomunikasi, namun tidak dinikmati masyarakat sekitar,” ujarnya.

0 komentar: