10 September 2009 Penetrasi BlackBerry Teradang Produk Tiongkok

Oleh Encep Saepudin

Jakarta, Investor Daily – Depkominfo telah mencabut pembekuan sertifikasi produk BlackBerry. Namun, operator telekomunikasi yang menyediakan layanan BlackBerry belum berani mengimpor handset BlackBerry tipe terbaru dalam jumlah besar. Soalnya adalah produk sejenis keluaran Tiongkok dengan harga di bawah Rp 1 juta.

Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya mengatakan, pihaknya sangat berkeinginan untuk segera mendatangkan BlackBerry kelas menengah, yakni Gemini, yang kemungkinan bisa ditawarkan dengan harga Rp3-4 juta. Namun, Indosat masih memperhitungkan apakah Gemini bisa laku “keras”, mengingat banyak beredar produk sejenis keluaran Tiongkok dan ditawarkan dengan harga di bawah Rp 1 juta.

“Kami pesan dengan jumlah minimal dulu saja. Cukup 20 ribu (unit) saja. Tapi, RIM belum membolehkan kami untuk memublikasikan model produknya,” kata Teguh Prasetya di Jakarta, Selasa (7/9).

Kemungkinan pesanan tersebut tiba di pasaran mendekati atau boleh jadi setelah lebaran 1430 Hijriah. Tapi, waktunya tidak terlalu jauh dari hari besar umat Islam tersebut.

Indosat, ujar Teguh, masih meraba pasar BlackBerry keluaran terbaru, yang kabarnya bernama Gemini. Harganya juga masih merupakan perkiraan, yakni pada kisaran Rp3-4 juta per unit. Saat ini, pasaran BlackBerry murah dikuasai handset buatan negeri Tiongkok dengan harga sekitar Rp1 juta per unit, salah satunya adalah Nexian-Berry.

Demam “BlackBerry” murah ini sebaiknya dilihat dua hal. Pertama, masyarakat makin memerlukan handset yang bukan sekedar disediakan fitur suara dan SMS. Lebih dari itu, masyarakat ingin berkomunikasi dengan berbagai fitur seperti Yahoo Messenger, Facebook, dan sebagainya.

Kedua, semarak BlackBerry ini selayaknya direspons RIM dengan mengeluarkan produk murah juga, yang harga pasarannya sekitar US$100 per unit. Tapi, vendor dari Kanada tersebut belum memberikan jawaban atas realitas pasar di Indonesia.

Sementara itu, General Manager Direct Sales PT Excelcomindo Pratama Tbk (EP) Handono Warih mengatakan, operator XL juga tidak akan memesan BlackBerry terbaru dalam jumlah besar. Pihaknya akan memesan produk RIM terbaru itu dalam jumlah minimal yang disyaratkan RIM, yaitu 20 ribu unit. Berbeda dengan Indosat, XL optimistis bisa melepas produk terbaru RIM itu ke pasaran sebelum Lebaran Idul Fitri tiba.

Minimnya jumlah pesanan, kata Handono, karena XL masih menunggu respons pasar. Bila permintaan tinggi, pesanan pun segera ditambah untuk memenuhi permintaan konsumen.

Handono mengatakan, pesanan minimal itu karena pasar BlackBerry murah sedang dikuasai produk sejenis BlackBerry keluaran Tiongkok. “Pengaruhnya pasti ada. Tapi, dugaan kami tidak lama, karena konsumen akan kembali lagi ke BlackBerry yang asli,” kata dia.

Bagaimanapun, kedua produk memiliki perbedaan mendasar, yang bisa dirasakan ketika memegang produk aslinya. Pada saat itu, para penggunanya akan kembali melirik BlackBerry dari RIM.

Untuk BlackBerry tipe Gemini, ujar Handono, pihaknya membidik segmen pelajar dan mahasiswa. Sedangkan kalangan eksekutif diproyeksikan masih mencari BlackBerry tipe Bold dan Jevelin. Hingga kini, stok penjualan keduanya masih cukup hingga 304 bulan ke depan.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Importir Telepon Genggam (Aspiteg) Nadham Yusuf mengatakan, asosiasinya belum bersedia memberikan komentar seputar pencabutan sertifikasi produk BlackBerry tersebut oleh Depkominfo. Para importir perlu melakukan kajian seputar regulasi yang menyangkut importir BlackBerry non-operator seluler. Tidak ditampik bila BlackBerry hasil impor para importir ini justru paling banyak dibeli konsumen.

“Kami masih melakukan pembicaraan dulu dengan teman-teman, Bung. Nanti kami beritahukan hasil rapat kami,” papar Yusuf.

0 komentar: