06 Oktober 2009 Pelanggan Dadakan Pasca Bencana

Koran Jakata – Selalu ada hikmah di kala bencana datang. Idiom ini rasanya tepat sekali digunakan untuk menggambarkan peta pasar jasa komunikasi di Sumatera Barat sesaat setelah gempa terjadi.

Gambaran kondisi tersebut bisa dilihat dari antrean di kantor Excelcomindo (XL) Padang, sehari setelah gempa menerjang.

“Saya lagi antre kartu perdana XL. Soalnya hanya XL yang bisa digunakan untuk daerah rumah saya,” ujar Hendra, 20 tahun, yang mengaku tinggal di Ampang, Padang.

VP West Region XL Agus P Simorangkir mengungkapkan tidak hanya warga yang mencari kartu perdana XL, tetapi para relawan atau kerabat yang baru masuk Padang pada hari pertama langsung berganti kartu menjadi XL.

“Dalam waktu dua hari saja terjual 110 ribu kartu perdana. Biasanya sangat susah mendapatkan angka itu di Padang. Rencananya akan disediakan tambahan sekitar 500 ribu kartu baru,” ungkap dia kepada Koran Jakarta, Jumat (2/10).

Dia menuturkan pada tanggal 1 Oktober terjadi kenaikan trafik percakapan di Padang sebesar 40 persen. Sedangkan per hari rata-rata terjadi trafik sekitar 100 ribu erlang.

Namun begitu, lonjakan permintaan tidak diikuti dengan kenaikan harga jual. Berdasarkan pantauan Koran Jakarta, kartu perdana di kantor XL dijual sesuai harga banderol yakni sekitar dua ribu rupiah. Tetapi ketika berkeliling Kota Padang, di konter penjualan bisa mencapai 35 ribu rupiah.

Agus mengakui pihaknya tidak bisa mengontrol penjualan setelah di pasar. “Karena itu, kami lebih mengimbau pengguna mengisi pulsa saja. Denominasi yang paling diminati adalah 10 ribu rupiah. Tetapi jika ada pelanggan operator lain yang switch kartu tentu tidak bisa ditolak,” ungkap dia.

Lonjakan permintaan kartu perdana sehari setelah gempa juga terjadi pada Telkom Flexi. Ini karena masyarakat mengetahui jasa milik Telkom masih berfungsi.
“Sebenarnya itu hanya buahnya saja. Konsentrasi Telkom adalah recovery perangkat,” tegas GM Telkom Sumbar Syahril.

Sementara itu, Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengungkapkan akibat jarinagnnya bermasalah selama beberapa hari, terdapat potensi pendapatan yang hilang sebesar 2,8 miliar rupiah.

“Kami dalam dua hari setelah gempa baru menggunakan jaringan sebesar 63 persen. Itu berarti ada potensial loss. Padahal sebulan kita bisa mendapatkan 350 miliar rupiah di sini,” kata dia.

Tidak Khawatir
Berdasarkan catatan, di Sumbar, Telkomsel memiliki tiga juta pelanggan. Sebanyak 90 persen berada di Padang. Telkomsel mengaku tidak khawatir kehilangan pelanggan karena jaringannya belum optimal sesaat setelah gempa.

“Bagi kami itu hal yang wajar-wajar saja dilakukan kompetitor. Namanya mencuri start. Tetapi jika jaringan kami sudah kembali normal, kita bisa mendapatkan kembali pelanggan yang pindah kartu,” tegas Sarwoto.

Telkomsel, menurut dia, tetap akan fokus pada tiga strategi untuk mendapatkan pelanggan yakni menggarap komunitas, memberikan layanan berkualitas, dan mendapatkan pelanggan yang memberikan pendapatan.

“Kita tidak mau terima pelanggan yang hanya menggosok kartu perdana setelah itu dibuang. Masalah layanan seusai gempa ini hanya soal recovery harus cepat,” katanya.

Berdasarkan pantauan, di Padang semua operator membuka posko layanan di depan kantornya. Namun, lokasi yang banyak di kunjung adalah milik Telkom, XL, dan Telkomsel.

Tujuannya untuk isi ulang pulsa atau membeli kartu perdana. Sedangkan di posko operator lainnya kebanyakan masyarakat menumpang telepon atau men-charge baterai gratis. Hal ini karena di pinggir Kota Padang untuk men-charge baterai ponsel saja dikenakan biaya enam ribu rupiah per jam karena listrik padam. ■ dni/E-2

0 komentar: