22 Oktober 2009 Telkom incar pasar satelit luar negeri

Ekspansi pasar bisa teradang soal resiprokal

Oleh Fita Indah Maulani
Bisnis Indonesia

Jakarta: PT Multimedia Nusantara (Metrasat) optimistis menjadi penyelenggara bisnis multimedia satelit terkemuka, salah satunya membuka pasar layanan di luar negeri bekerja sama dengan PT Telkom Internasional Indonesia (TII).

Keduanya merupakan anak perusahaan PT Telkom. TII merupakan anak perusahaan Telkom yang bergerak dalam bidang bisnis luar negeri. Adapun Metrasat bergerak dalam bidang bisnis satelit dan teknologi informasi.

Alex Sinaga, Direktur Utama Metrasat mengungkapkan pihaknya akan menjadi penyedia layanan satelit utama lelaui bisnis multimedia satelit melalui very small apperture transponder/VSAT.

“Pelanggan kami datang dari berbagai bidang, meliputi operator, pos dan logistik, serta Departemen Pertahanan,” ujarnya, kemarin.

Metrasat merupakan strategic business unit (SBU) dari Metra Holding yang 100% sahamnya dimiliki oleh Telkom. Saat ini kapasitas bandwidth perusahaan ini didukung oleh 13 transponder milik satelit Telkom 2 dan satu satelit asing.

Layanan solusi komunikasi berbasis satelit maupun terestrial Metrasat didukung oleh tiga sistem VSAT yang saat ini telah beroperasi dengan baik di perusahaan itu.

Jangkauan layanan Metrasat dibagi dalam 13 area yang tersebar di seluruh Indonesia dan telah berhasil membangun hingga lebih dari 1.500 titik VSAT di Indonesia serta beberapa titik di mancanegara.

Dikenai biaya perizinan
Langkah Metrasat menawarkan layanan di negara lain dengan satelit yang dikelolanya disambut baik oleh pemerintah. Hal ini dinilai sebagai langkah maju, apalagi kini sudah ada operator satelit asal negara lain yang membuka pasar di Indonseia.

Gatot S. Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo mengatakan ketika satelit yang digunakan berada pada filing milik Indonesia, maka perusahaan tersebut terkena biaya hak penyelenggaraan (BHP) satelit di sini.

“Sebagai contoh menggunakan satelit Telkom, maka perusahaan tersebut terkena pembebanan di sini untuk perizinan satelitnya. Di negara tempat dia membuka layanan, kebijakannya tergantung negara tersebut, apakah ada beban biaya seperti di sini atau yang lainnya,” ujarnya.

Slot orbit adalah sumber daya terbatas yang dimiliki secara bersama oleh seluruh negara. Yang dimiliki negera adalah filing satelit, di mana pada satu slot orbit dimungkinkan mendaftar beberapa filing satelit dari beberapa negara.

Filing satelit sendiri diwujudkan pada satu fisik satelit yang didaftarkan ke ITU agar tidak terjadi interferensi.

Gatot mengingatkan tidak mudah untuk melayani negara lain dengan satelit yang ditempatkan pada filing di luar milik negara tersebut. Biasanya ada perjanjian resiprokal antarnegara.

Dia mencontohkan Thaicom Public Company (Thailand), yang pertengah tahun ini mulai melayani pasar broadband Indonesia sesuai dengan aturan pemerintah mulai dari landing right, resiprokal, hingga membayar BHP frekuensi. (fita.indah@bisnis.co.id)

0 komentar: