19 November 2009 Iklan via ponsel masih mencari bentuk

Oleh Roni Yunianto
Bisnis Indonesia

Jakarta: Operator telekomunikasi besar belum menemukan model bisnis yang cocok untuk menerapkan mobile advertising (iklan via ponsel) di Indonesia, kendati mereka memiliki basis pelanggan besar sebagai target potensial.

I Made Harta Wijaya, VP Value Added Service PT XL Axiata, menuturkan kalangan operator di Indonesia saat ini masih mencari model bisnis yang cocok untuk menerapkan mobile advertising. “Kami sendiri ke bisnis ini walaupun terus mancoba,” ujarnya di sela-sela Ericsson Mobile Marketing Event di Jakarta kemarin.

Menurut Made, sejauh ini sudah ada dua pihak yang menerima tantangan yang diberikan XL, tetapi mereka gagal untuk mengelar mobile advertising.

Padahal, lanjutnya, kendati dari segi kesiapan seluruh pelaku usaha – pengiklan, agensi, penerbit- sudah siap.

“Kegagalan ini terlihat dari tingkat respons yang rendah ketika ada pengulangan iklan,” paparnya.

Di sisi lain, lanjut Made, di Indonesia belum ada metrik atau ukuran yang standar. “Padahal metrik ini harus jelas. Misalnya berapa yang harus dibayar untuk berapa tingkat respons. Contohnya, untuk SMS allert tingkat 5%-7% termasuk bagus dan untuk profil jika dibawah 5% itu buruk,” paparnya.

Dia berpendapat model bisnis di layanan musik tidak dapat serta merta diterapkan pada model bisnis mobile advertising.

Di bisnis musik, lanjutnya, penyedia platform ada di belakang operator di mana perusahaan label tidak perlu tahu siapa mereka.

“Di mobile advertising, boleh jadi penerbit ada di belakang operator. Yang jelas model bisnis yang stabil belum ada di Indonesia,” tegasnya.

Namun, dia berpendapat untuk berhasil mobile advertising kuncinya iklan produk harus relevan dan memberi nilai bagi pelanggan. Adapun bagi pengiklan dibutuhkan tingkat respons yang tinggi serta efisien dalam biaya.

Par L. Gunnarsson, Director Sales Development Multimedia Ericsson Asean, mengingatkan pengembangan dan pencarian model bisnis mobile advertising masih merupakan topik hangat di berbagai belahan dunia saat ini.

“Berdasarkan data Admob, Indonesia adalah salah satu dari tiga pasar di dunia yang potensial untuk mobile advertising,” tuturnya.

Gunnarsson menegaskan selain masih membutuhkan waktu untuk berkembang, maraknya investasi dari merek-merek besar yang masuk ke Indonesia tentu akan memelopori sekaligus mendukung perkembangan mobile advertising di Indonesia.

Bagi operator, penentu keberhasilan mobile advertising ada pada jumlah properti di antaranya short message service (SMS), ring back tone (RBT), location based advertising (LBA), Message Insertion dan juga inventori yang dimiliki dan persentase inventori yang terjual.

0 komentar: