07 November 2009 Sinyal Merge Menguat

Koran Jakarta (05/11/2009) Satu fenomena yang mencuat pada kuartal ketiga lalu adalah menguatnya sinyal merger. Aksi ini diperkirakan akan terjadi di PT Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8). Kabar beredar sedang terjadi negosiasi antara Global Mediacom dan Jerash Investment dengan Sinar Mas Grup. Diperkirakan titik temu akan terjadi pekan depan dengan nilai transaksi mencapai 250 miliar rupiah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), struktur pemegang saham Mobile-8 per 30 Desember 2008, yakni Jerash Investment Ltd sebanyak 32 persen, PT Global Mediacom Tbk sebesar 19 persen, UOB Key Hian Provate Limited sebanyak 13,29 persen, PT Bhakti Asset Management sebanyak 7,28 persen, dan Qualcomm Incorporated sebanyak 5,01 persen.

Sinar Mas Grup yang merupakan pemilik Smart Telecom rencananya akan membeli saham dari Global Mediacom. “Masuknya Sinar Mas melalui holding (Global Mediacom). Jadi tidak terjadi itu merger antara Smart dan Mobile-8,” ungkap sumber Koran Jakarta.

Aksi ini dilakukan oleh keduanya (Global Mediacom dan Sinar Mas) diperkirakan karena tidak mau dituding oleh pbulik sebagai bagian dari jual-beli frekuensi.

Kabar beredar, Mobile-8 memiliki utang pembayaran Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) frekuensi sebesar 60 miliar rupiah ke negara. Sedangkan Smart Telecom memiliki utang BHP hingga 200 miliar rupiah.

“Sebenarnya utang Smart itu mencapai 600 miliar rupiah. Kabarnya ada perubahan perhitungan, jadinya angka berubah,” masih menurut sumber tersebut.

Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan jika akan ada merger dan akuisisi sebaiknya frekuensi dikembalikan dulu ke negara. “Frekuensi itu sumber daya alam terbatas. Jadi itu aset negara, tidak bisa dipindahtangankan tanpa sepengetahuan empunya,” tegas dia.

Ventura mengakui masalah konsolidasi itu tidak bisa dielakkan. Cepat lambat pasti terjadi. “Bahkan, kabarnya Axis akan roaming nasional di jaringan XL,” ungkat dia. ■ dni/E-2

0 komentar: