Qtel Minta Indosat Tidak Lepas StarOne

Oleh Yohana SP Philips

Jakarta, Investor Daily – Qatar Telecom (Qtel) meminta PT Indosat Tbk (ISAT) tidak memisahkan bisnis StarOne, produk perseroan yang berbasis CDMA (code division multiple access). Pasalnya, investor Timur Tengah itu ingin mengembangkan bisnis tersebut.

“Qtel datang ke Indonesia untuk investasi dan mengembangkan bisnis telekomunikasi. Jadi, mereka minta StarOne jangan dilepas,” kata Komisaris Indosat Rahmat Gobel di Kementerian Negara BUMN, Jakarta, Selasa (20/1).

Rahmat menegaskan, Indonesia harus memanfaatkan peluang investasi Qtel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, ketika ditanya berapa besar nilai investasi yang akan dikucurkan Qtel, dia enggan menjelaskan secara rinci.

“Investasinya banyak dan mereka ingin investasi jangka panjang, bukan jangka pendek,” ujarnya. Rencananya, pada Februari 2009, pimpinan Qtel berkunjung ke Jakarta untuk menghadiri rapat pemegang saham.

Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil menyarankan kepada Indosat untuk memisahkan bisnis StarOne. Pemisahan entitas bisnis tersebut supaya perseroan lebih fokus pada bisnis selulernya, yang berbasis GSM (global system for mobile communication). Namun, Sofyan menyerahkan keputusan spin off itu kepada Depkominfo.

Pemerintah kini memiliki 14,9% saham Indosat. Sedangkan Qtel menguasai 40,81%. Qtel akan melangsungkan penawaran tender (tender offer) 24,19% saham publik di Indosat. Dengan begitu, Qtel bakal memiliki 65% saham.

Qtel berencana melangsungkan tender offer saham Indosat secara serentak di Bursa Effek Indoneisa (BIE) dan New York Stock Exchange (NYSE). Di Tanah Air, harga penawarannya sebesar Rp 7.388 per saham. PT Danareksa Sekuritas bertindak sebagai broker pelaksana.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin, saham perseroan dengan kode ISAT ditutup stagnan di level Rp 5.800. Nilai transaksinya sebesar Rp 34,2 miliar.
Ketua Bapepan-LK Fuad Rahmany pernah mengatakan, pihaknya masih menyesuaikan waktu pelaksanaan tender offer di Indonesia dan Amerika Serikat (AS), mengingat saham Indosat juga tercatat di New York Stock Exchange.

“Biasanya kalau hanya di Indonesia, setelah pernyataan efektif terbit, dua hari kemudian harus langsung dilaksanakan. Tapi karena tercatat di dua bursa, pelaksanaan tender offer-nya perlu waktu,” kata Fuad.

Qtel akan mengelar tender offer 24.8% saham Indosat pada harga Rp 7.388 per saham atau sama dengan harga akuisisi. Fuad Rahmany pernah mengatakan, tender offer Indosat dapat berdampak positif bagi pasar karena akan ada dana lebih dari Rp 8 triliun yang mengguyur pasar.

Pemerintah telah mengizinkan Qtel menambah kepemilikan saham di Indosat menjadi 65% dari saat ini 40,81%. Semula, Indosat wajib memisahkan (spin off) bisnis seluler dan jaringan tetap lokalnya dalam jangka waktu dua tahun, terhitung sejak 27 Oktober 2008. Namun, belakangan, pemerintah membolehkan penawaran tender tanpa menunggu spin off terlebih dahulu.

Fuad Rahmany beberapa waktu lalu menjelaskan, penawaran tender saham Indosat akan berlangusung selama 30 hari kerja setelah pernyataan efektif diterbitkan Bapepam. Qtel yang mengambil alih 40,81% saham Indosat dari STT Communications Ltd dapat membeli maksimal 24,19% saham Indosat yang beredar di publik.

Dengan demikian, saham publik yang tersisa setelah penawaran tender minimal 20,71%, sedangkan sisa saham pemerintah sebanyak 14,29%. “Dengan harga penawaran Rp 7.388 per saham atau sama dengan harga akuisisi, berarti nilai pembelian 1,28 miliar (24,19%) saham Indosat milik publik mencapai Rp 9,5 triliun,” ujar Fuad.

Qtel telah mengakuisisi 40,81% saham Indosat milik Asia Mobile Holding Ltd (AMH) senilai US$ 1.8 miliar atau setara Rp 16,56 triliun pada Juni 2008. Sebelumnya AMH merupakan perusahaan patungan antara Qtel dan Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (ST Telemedia).

Pada penutupan perdagangan Senin (12/1), saham emiten berkode ISAT itu ditutup turun Rp 50 ke level Rp 5.560. ISAT ditransaksikan 980 kali dengan nilai Rp 43,55 miliar dan volume 7.787.000 unit saham. (c123/fei)

0 komentar: