12 Februari 2009 2009, BRTI Fokus Kualitas Layanan Operator

Jakarta, Investor Daily –Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengklaim berhasil menjalankan tugasnya selama 2008. Tahun ini, BRTI akan memfokuskan diri untuk menegakkan regulasi yang terkait peningkatan kualitas layanan operator. “Tahun lalu kita berhasil menurunkan tarif layanan seluler. Tahun ini kita fokus ke peningkatan kualitas layanan,” ujar Anggota BRTI Heru Sutadi kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (10/2).

Menurut Heru, BRTI berhasil mengatasi masalah tarif layanan seluler tahun lalu. Penurunan itu kemudian memicu peningkatan trafik seluler. “Dampaknya posisif, pendapatan operator meningkat,” kata Heru.

Kendati demikian, kata Heru, penurunan tarif itu belum berdampak positif bagi kualitas layanan. Untuk itu, tahun ini, BRTI akan fokus pada peningkatan kualitas layanan operator. “Kita akui kualitas layanan operator masih rendah,” imbuh Heru.

Heru mengakui, untuk meningkatkan kualitas layanan, operator masih berhadapan dengan masalah biaya operasional yang cukup tinggi. Akibatnya, dana untuk meningkatkan layanan masih seret.

Untuk menyiasati masalah ini, operator harus melakukan efisiensi dengan bergabung dalam layanan menara bersama. Dengan layanan itu, operator tidak perlu mengeluarkan dana yang besar untuk berinvestasi membangun menara sendiri.

Potensi Pemborosan
Semantara itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui, potensi pemborosan juga dapat terjadi dari pengelola menara bersama. Pasalnya, pengelola tunggal menara bersama memungkinkan melakukan monopoli dan berperilaku monopoli seperti yang terjadi di Kabupaten badung, Bali.

"Untuk itu, harus ada sebuah regulasi yang komprehensif mengatur masalah tarif operator menara dan standar kualitas layanan,” kata Direktur Komunikasi KPPU A. Junaidi.

Menanggapi masalah ini, BRTI akan memfokuskan diri pada pengembangan regulasi yang dapat meningkatkan layanan ke konsumen sekaligus meningkatkan pertumbuhan industri telekomunikasi nasional.

Pendapatan dari seluler Indonesia (suara maupun data) sebesar US$ 7,6 miliar (Rp 90,5 T), menempatkan Indonesia pada posisi lima besar (top five) pendapatan layanan seluler di Asia. (rav)

0 komentar: