
Jakarta, Kontan (19/5/2009) – Ambisi PT Power Telecom (PowerTel) menyelesaikan proyek backbone internet berbasis kabel optik di seluruh Pulau Jawa pada Mei 2009 ini, tampaknya sulit terwujud. “Pembangunan jaringan memang mengalami perlambatan,” ujar Direktur PowerTel Temy Effendi. Temi bilang, keterlambatan ini lantaran krisis ekonomi.
PowerTel memulai pengerjaan proyek tersebut pada pertengahn tahun lalu. Mereka menanam kabel optik diseluruh Jawa. Panjangnya mencapai 833 kilometer dengan total investasi Rp1,2 triliun. Waktu itu, Dicky Tjokrosaputro, Presiden Direktur PowerTel, optimis proyek tersebut bakal rampung Mei tahun ini.
Meski meleset dari target awal tahun, PowerTel menegaskan akan tetap merampungkan pembangunan pada 2009 ini. “Kami jadwalkan tuntas dalam tujuh bulan ke depan,” ungkap Temy.
Selain terbentur soal target, PowerTel juga mengalami pembengkakan biaya investasi. Tapi, kata Temy, pembengkakan itu tak lebih dari Rp30 miliar. “Angka tersebut tak terlalu besar dibandingkan keseluruhan total investasi kami,” tutur Temy. Belanja modal naik karena rupiah terus melemah terhadap dolar.
Bisnis serat optik, kata Temy, masih sangat cerah. Tiap tahunnya angka kebutuhan terus meningkat.
Sejauh ini, beberapa operator dan ISP telah menunjukkan minat untuk memanfaatkan jaringan PowerTel. “Ada operator yang saat ini kebutuhan jaringannya meningkat 850% dibanding tahun lalu,” ungkap Temy.
Seretnya penyelesaian pembangunan fiber optik tak membuat para operator tersebut beralih atau memutuskan membangun sendiri. “Mereka bersedia menunggu,” tandas Temy.
Menurut Temy, kondisi krisis yang menyebabkan melambungnya biaya pembangunan jaringan tersebut sesungguhnya mendatangkan keuntungan tersendiri bagi proyek PowerTel. Dampak paling besar adalah tumbuhnya angka kebutuhan. Sebab, para operator semakin yakin untuk tidak membangun jaringan sendiri.
Menurut GM Komunikasi XL Myra Junor kebutuhan infrastruktur jaringan memang terus berkembang dari waktu ke waktu. Karena itu, meski saat ini XL masih menggunakan backbone internet milik sendiri, kemungkinan besar dimasa yang akan datang mereka bakal banyak memanfaatkan jaringan buatan perusahaan eksternal. “Biar lebih efisien,” ujar Myra.
Yang terpenting, lanjut Myra, harus ada pengaturan yang jelas dari pemerintah tentang penggunaan teknologi secara bersama-sama tersebut. *Nadia Citra Surya
0 komentar:
Posting Komentar