11 Juni 2009 Satelit Thailand layani Indonesia

RI Sudah miliki perjanjian resiprokal dengan Thailand

Oleh Fita Indah Maulani
Bisnis Indonesia

Jakarta: Thaicom Public Company, operator satelit komersial asal Thailand, siap melayani pasar broadband Indonesia sesuai dengan aturan pemerintah mulai dari landing right, resiprokal, hingga membayar biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi.

Thaicom menggunakan satelit Thaicom 4 atau Ipstar yang mereka miliki untuk melayani wilayah Indonesia, bersamaan dengan 11 negara lainnya di wilayah Asia Pasifik dan Australia.

PT Infracomm Telesarana ditunjuk sebagai mitra lokal yang mengurusi seluruh perizinan, termasuk pembayaran segala kewajiban kepada pemerintah.

Atmadji W. Soewita, Chief Executive Officer PT Infracom Telesarana mengatakan satelit ini di Indonesia menempati frekuensi 10GHz - 12GHz dan siap melayani hampir seluruh kebutuhan akses broadband mulai dari ritel, perusahaan, hingga pemerintahan.

“Kami sudah mengantongi izin dari pemerintah sejak 2 bulan lalu. Seluruh aturan sesuai dengan keputusan menteri sudah dipenuhi mulai dari landing right, resiptokal, hingga membayar BHP jika diperlukan,” ujarnya kemarin.

Layanan Ipstar di Indonesia akan membidik proyek pemerintah seperti universal service obligation (USO) untuk suara dan data, solusi mobile backhaul, dan akses broadband untuk perusahaan ataupun ritel.

Satelit Ipstar bisa melayani hingga 350.000 pengguna di Indonesia dengan kapasitas hingga 3,4 Gbps. Saat ini layanan satelit tersebut baru bisa dirasakan di wilayah Jabodetabek. Cakupan layanan secara nasional baru bisa diberikan dalam 6 bulan ke depan.

Sugiono Wiyono, Komisaris PT Infracom Telesarana, mengatakan besar investasi yang dikeluarkan untuk membangun gateway sekitar US$5 juta – US$6 juta, belum termasuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia.

“Kami targetkan tahun ini bisa memiliki ribuan pelanggan. Infracom sendiri selain menjual layanan juga sebagai hosting,” ujarnya.

Heru Sutadi, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengatakan setelit asing yang masuk melayani pasar Indonesia harus mengikuti aturan resiprokal. Artinya, satelit Indonesia yang footprint di negara tersebut boleh jualan juga.

Kepala Pusat Informasi Depkominfo Gatot S Dewa Broto mengatakan pemerintah RI sudah memiliki perjanjian resiprokal dengan 10 negara di Asia, termasuk Thailand.

Ekspansi Internasional
Thaicom Public Company yang merupakan operator satelit ketiga terbesar di dunia menilai Indonesia sebagai pasar potensial, setelah sebelumnya perusahaan ini berjaya di negaranya sendiri dan Australia serta mencatat pendapatan sepanjang 2008 sebesar US$200 juta.

Pradeep Unni, Senior VP International Sales Thaicomm Public Company Limited, mengatakan satelit yang digunakannya di Indonesia sudah melayani 11 negara sebelumnya seperti Australia, Kamboja, China, Korea Selatan, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Filipina, Thailan, Vietnam, dan Jepang.

“Kuartal selanjutnya, masih di tahun ini kami akan membuka gateway dan melayani India dan Taiwan,” ujarnya.

Ipstar bukan merupakan satelit pertama yang menyediakan layanan di Indonesia. Sebelumnya sudah ada satelit Measat 2 milik Astro yang menyediakan layanan broadcasting direct to home (DTH) di Indonesia melalui PT Direct Vision.

Slot satelit yang menjadi milik Indonesia a.l. 150,5º BT, 146º BT, 113º BT, dan 118º BT. Indonesia pernah direpotkan masalah resiprokal satelit dengan Pemerintah Malaysia terkait satelit Maesat II.

Bedanya, Thaicom menjual broadband, bukan melayanai siaran digital berbayar seperti yang dilakukan oleh Astro di Indonesia. Layanan perusahaan ini lebih pada penyediaan akses data Internet ataupun telepon dengan satelit.

Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar menegaskan semua satelit yang berada di slot satelit milik Indonesia atau memberikan layanan di Indonesia harus membayar biaya hak penggunaan.

Pembayaran BHP juga bisa dilakukan oleh perusahaan mitra atau stasiun buminya di Indonesia. (ARIF PITOYO)(fita.indah@bisnis.co.id)

0 komentar: