‘Biaya frekuensi jangan mahal’
Inti ajukan sertifikasi WiMax
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Penyedia Jasa Internet berharap harga lisensi penyelanggara jaringan world wide interoperabillity for microwave access (WiMax) wajar agar industri berkembang dan tujuan Internet murah tercapai.
Inti ajukan sertifikasi WiMax
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Penyedia Jasa Internet berharap harga lisensi penyelanggara jaringan world wide interoperabillity for microwave access (WiMax) wajar agar industri berkembang dan tujuan Internet murah tercapai.
Andri Aslan, Corporate Secretary PT Indosat Mega Media (IM2), mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan keuntungan meraih lisensi WiMax menyusul tekad perusahaan itu mengikuti tender.
“Kami akan ikut di 2,3GHz untuk mendukung penetrasi broadband kami di segmen ritel,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin.
Departemen Komunikasi dan Informatika tengah mempersiapkan dokumen tender penyelenggara akses pita lebar nirkabel (broadband wireless access/BWA) menyusul sterilnya frekuensi 2,3 GHz dan penandatangan empat aturan terkait.
Keempatnya mencakup penataan dan penggunaan frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel dan persiapan seleksi penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched pada pita frekuensi radio 2,3 GHz.
Menurut Aslan, IM2 juga tertarik dengan sejumlah regional di 3,3GHz kendati di frekuensi tersebut IM2 sudah menguasai hampir semua regional.
“Kami ingin nantinya harga lisensi ini wajar, karena untuk Internet murah komprominya link internasional murah (dan kini sudah semakin turun), akses (lastmile) murah dan konten lokal juga harus berkembang,” paparnya.
Suhono Harso Supangkat, Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), menuturkan tender di 2,3GHz menberikan pita 2x15 MHz.
“Untuk 3,3GHz-3,4GHz itu migrasi dengan lebar pita masing-masing operator 12,5MHz atau ada sebanyak 100MHz untuk 8 operator (yang siap migrasi),” paparnya.
Saat ini frekuensi di 3,3 GHz-3,4GHz tidak semua regionnya terisi penuh. Beberapa region yang kosong tersebut yang akan ditenderkan pemerintah.
Suhono berharap pihaknya dapat segera merampungkan dokumen tender antara sepekan dan 2 pekan ke depan. Menurut dia, frekuensi 2,3 GHz sudah dibersihkan.
Wahyu Prawoto, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengatakan bagi APJII, penyelenggaraan WiMax akan menyelesaikan permasalahan lastmile.
“Ini jadi alternatif memecahkan masalah dan membantu menumbuhkan pelanggan terutama penambahan pelanggan baru dan pengembangan konten,” ujarnya.
APJII, menurut Wahyu, merespon positif persiapan yang dilakukan Depkominfo dan berharap ada keberpihakan pemerintah kepada penyelenggara Internet yang ingin menggelar jaringan. “Ini akan baik jika kami juga belajar membangun jaringan lastmile dan mengurangi ketergantungan kami sekaligus belajar mengelolanya,” ujarnya.
Ajukan sertifikasi
PT Inti siap memproduksi seluruh perangkat penyokong teknologi WiMax apabila telah mengantongi sertifikasi perangkat dari Dirjen Postel dan Research Development Center (RDC) PT Telkom Tbk.
Abdul Aziz, Dirut PT Inti, mengungkapkan pihaknya sudah melakukan tahapan panjang menyongsong gelaran broadband wireless access (BWA) dengan desain chipset WiMax sejak awal 2008.
BUMN itu selanjutnya membuat prototipe call server, melakukan pengujian base station dan subscriber station serta mengintegrasikan ketiga komponen itu yang semuanya selesai akhir tahun lalu.
“Pada Februari mendatang kami targetkan sudah dapat type approval semua perangkat. Kalau sudah lolos uji sertifikasi, bulan itu juga diharapkan segera memproduksi perangkat secara massal,” katanya kepada Bisnis, kemarin. (MUHAMMAD SUFYAN) (roni.yunianto@bisnis.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar