Jakarta, Investor Daily – Manajemen baru Telkomsel menargetkan, pada tahun ini jumlah pelanggan bertambah 10-15 juta dari posisi pelanggan pada akhir 2008 sebanyak 65,3 juta. Target Telkomsel itu separuh dari target pertambahan pelanggan ponsel secara nasional yang mencapai 20-30 juta.
Dirut PT Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengatakan, untuk mencapai target itu, manajemen telah menetapkan tiga fokus utama pada tahun ini, yakni menggarap komunitas, meningkatkan sinergi dengan parent company, dan menjamin kualitas layanan.
“Kami punya program besar. Bahwa Telkomsel ingin tumbuh secara konsisten, dan karena itu kami menyiapkan dana investasi sebesar US$1,5 miliar pada tahun ini. Dana investasi ini kami pertahankan selama tiga tahun berturut-turut dan tidak kami kurangi meski krisis,” kata Dirut PT Telkomsel Sarwoto Atmosutarno di Jakarta, Rabu (25/2).
Dana belanja modal sebesar itu, menurut Sarwoto, sebanyak 70%-nya dipakai untuk ekspansi dan penguatan jaringan, baik 2G maupun 3G. Berdasarkan laporan Deutsche Bank yang dikutip Depkominfo, tarif telepon seluler di Indonesia saat ini merupakan yang paling murah di Asia, yakni sebesar US$0,0015 (Rp180) per menit.
“Itu artinya pasar telekomunikasi Indonesia masih low end sehinga masih membutuhkan jaringan 2G. Tapi, kami juga akan perkuat jaringan 3G, baik core network maupun Node-B. Kami akan tambah node-B di 24 kota pada tahun ini sehingga layanan data kami makin meningkat kualitasnya,” kata Sarwoto.
Sarwoto mengatakan, data Telkomsel menyebutkan, penetrasi telepon seluler di Jadebotabek saat ini mencapai 172%. Artinya, satu orang di Jadebotabek memiliki 1,72 telepon seluler. Data ini menggambarkan betapa penetrasi di Pulau Jawa, menurut pengamat dan praktisi, telah jenuh (saturation).
“Saya tidak percaya saturation, walaupun penetrasi di Jadebotabek sudah 172%. Fakta lain tentang trafik komunikasi pelanggan (manage of use) meningkat 257% dari 25,2 miliar menit pada 2007 menjadi 90,2 miliar menit pada tahun lalu. Artinya, walaupun angka penetrasi sudah begitu tinggi, tapi konsumsi tetap tinggi,” kata Sarwoto.
Namun, lanjut dia, ceruk pasar telekomunikasi seluler makin kecil. Oleh karena itu, Telkomsel mulai tahun ini akan lebih intensif menggarap komunitas, baik untuk layanan telepon dasar (suara dan SMS) maupun layanan yang lebih tinggi, seperti value added service (VAS) dan broadband.
“Ini akan kami garap sampai ceruk pasar yang sekecil-kecilnya, dengan menghadirkan layanan yang lebih terjangkau. VAS dan mobile broadband itu sekarang sudah menjadi gaya hidup,” kata Sarwoto. Simpati Zone, menurut Sarwoto, adalah respons dari manajemen Telkomsel terhadap komunitas.
Fokus kedua, lanjut Sarwoto, adalah manajemen Telkomsel akan membuat sinergi yang lebih kental dengan parent company, yakni PT Telkom dan Singapore Telecom (SingTel) sebagai pemegang saham Telkomsel. “Tentunya, sinergi itu tanpa mencederai kompetisi secara sehat,” kata dia.
Sinergi itu antara lain adalah memanfaatkan jaringan infrastruktur. Misalnya, menerapkan menara bersama dalam group Telkom dan pemanfaatan jaringan kabel serat optik, satelit, metro ethernet, IP link milik Telkom untuk mendukung layanan Telkomsel. Pun begitu dengan jaringan infrastruktur milik SingTel.
“Kalau revenue makin sulit ditingkatkan, tinggal yang bisa dilakukan adalah bagaimana menciptakan cost efficiency lewat sinergi dengan parent company,” kata dia.
Fokus yang ketiga, lanjut Sarwoto, adalah Telkomsel menjamin kualitas layanan telekomunikasi. “kami ingin mengajak pelanggan kepada kebutuhan dasarnya, yakni call to quality. Bukan call to price atau menelepon murah tapi kecewa,” kata dia.
Dari dana belanja modal yang sekitar Rp18 triliun itu, sebanyak 30%-nya dialokasikan untuk support systems, termasuk billing systems dan membangun jaringan reseller. “Sekarang kami punya 480 ribu reseller, dan akan kami tingkatkan menjadi satu juta reseller pada tahun ini,” kata Sarwoto. (rz)
0 komentar:
Posting Komentar