Oleh Encep Saepuddin
Jakarta, Investor Daily – Tender Broadband Wireless Access (BWA) yang sedianya digelar April 2009 diincar oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Global Mediacom Tbk. Kendati demikian, kedua perusahaan itu belum dapat memastikan model dan investasi yang akan ditawarkan.
Jakarta, Investor Daily – Tender Broadband Wireless Access (BWA) yang sedianya digelar April 2009 diincar oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Global Mediacom Tbk. Kendati demikian, kedua perusahaan itu belum dapat memastikan model dan investasi yang akan ditawarkan.
“Yang jelas kami tidak punya Wimax. Nanti kami lihat dulu apa yang bisa kami tawarkan,” kata Direktur Utama PT Telkom Rinaldi Firmansyah di Jakarta, akhir pekan lalu di Jakarta.
Selain belum memiliki Wimax, menurut dia, perseroan juga masih menanti regulasi terkait Wimax. Regulasi ini penting, sebab akan menjadi acuan bagi badan usaha milik negara (BUMN) itu untuk mengikuti tender.
Meski demikian, Telkom, tandas dia, akan turut menjadi peserta tender. Telkom sampai saat ini belum dapat menentukan zona yang akan dimasukinya. Saat ini, sebanyak 15 zona ditawarkan kepada peserta tender.
Zona Minim Jaringan
Sementara itu, Direktur Konsumer PT Telkom I Nyoman menambahkan, perseroan mengincar zona-zona yang belum tersentuh jaringan Telkom atau wilayah baru perseroan itu. Dia memberi contoh, belum seluruh wilayah Sulawesi dan Papua menerima sinyal Telkom dengan baik. “Kemungkinan wilayah-wilayah itu yang kami masuki, karena kami belum ada di sana,” papar dia.
Tantangan tender memperebutkan frekuensi pita lebar 2,5Ghz, perseroan belum menuntaskan pada tingkat internal perseroan. Namun, perseroan telah memiliki jaringan semacam BWA yang berada di frekuensi 3,5 Ghx.
Hanya saja, Dirjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika Basuki Yusuf Iskandar mewajibkan operator untuk melakukan migrasi dari 3,5 Ghz ke spektrum 3,3 Ghz.
Nyoman memastikan, Telkom akan mematuhi permintaan itu dan segera mengeksekusinya dilapangan. Bahkan, dua tahun sebelum aturan itu akan diberlakukan, perseroan telah bermigrasi. “Nanti juga kami migrasi. Masih dua tahun lagi tenggat waktunya,” papar dia.
Dihubungi terpisah, President Direktur Mobile-8 Wityasmoro Sih Handayanto mengatakan, M-8 yang menyediakan layanan Fren, Hepi, dan Mobi belum tertarik mengikuti tender. Pasalnya, tender tersebut diincar oleh induk perusahaan, Global Mediacomm. “Yang itu, urusan holding. Coba Anda tanya saja kesana,” saran dia.
Global Mediacomm merupakan induk perusahaan, termasuk induk usaha sejumlah stasiun televisi, online, dan jaringan telekomunikasi. Perusahaan yang berdiri sejak 1981 itu berkonsentrasi pada bisnis telekomunikasi.
Pada bagian lain, Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo Gatot S. Dewa Broto menerangkan model tender BWA mirip dengan tender USO. Maksudnya, satu operator bisa mendapatkan lisensi untuk sejumlah zona. “Sebaliknya tidak mungkin satu zona dipegang lebih dari satu operator,” papar dia.
Perbedaan pada tender itu, lanjut Gatot, pemerintah tidak membatasi pesertanya. Artinya, perusahaan yang bukan operator pun boleh memasukkan penawaran kepada pemerintah. Hingga kini, kata dia, belum ada perubahan jadwal tender BWA pada April 2009 untuk mendapatkan lisensi frekuensi 2,5 Ghz. Begitu pula bagi operator yang masih beroperasi di frekuensi 3,5 Ghz diharuskan segera bermigrasi ke 3,3 Ghz.
0 komentar:
Posting Komentar