Hutchison bantah isu hengkang dari RI
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Vendor perangkat telekomunikasi code divison multiple access (CDMA) mendorong operator untuk mulai mempertimbangkan konsolidasi sebagai salah satu strategi lepas dari berbagai hambatan dan bersaing dengan operator seluler besar.
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Vendor perangkat telekomunikasi code divison multiple access (CDMA) mendorong operator untuk mulai mempertimbangkan konsolidasi sebagai salah satu strategi lepas dari berbagai hambatan dan bersaing dengan operator seluler besar.
John Stefanac, President Qualcomm International Asia Tenggara dan Pasifik, vendor chipset di jaringan CDMA, menuturkan konsolidasi merupakan strategi yang dapat dijalankan di tengah keterbatasan frekuensi dan hambatan lainnya.
“Enam operator CDMA tidak visible. Saran kami konsolidasi memungkinkan mereka bertahan dari sisi finansial, menambah pelanggan, menambah layanan baru yang lebih bernilai dan memperluas cakupan layanan,” ujarnya kepada Bisnis kemarin.
Menurut Stefanac, konsolidasi baik akuisisi maupun merger akan memungkinkan operator CDMA yang ada di Indonesia saat ini dapat mengimbangi kompetisi dengan lima operator di jaringan GSM lainnya yang akan diberikan tambahan spekterum 3G.
“Operator CDMA dengan menyatukan sumber dayanya, akan memiliki spektrum dengan kapasitas yang memadai dengan yang dimiliki operator 3G sehingga dapat menyediakan layanan data yang lebih cepat,” katanya.
Stefanac belum dapat memperkirakan berapa jumlah ideal operator CDMA. “Biarkan operator yang menentukan bentuk konsolidasi yang tepat untuk mereka pilih,” ujarnya.
Harry K. Nugraha, Senior Director Qualcomm Indonesia, menilai kendati konsolidasi bukan perkara mudah untuk dipertimbangkan operator, konsolidasi bisa menjadi strategi keluar dai hambatan dan keterbatasan seperti yang banyak berlaku di negara lain.
“Dengan perkembangan tarif yang semakin murah, perangkat semakin murah, tetapi volume semakin tinggi, maka jaringan tidak akan lagi bisa mengikuti. Padahal pelanggan tidak masalah membayar lebih, tetapi dapat puas menggunakan layanan [suara, SMS dan data],” ujarnya.
Merza Fachys, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia berpendapat konsolidasi sebagai suatu hal biasa bagi operator manapun sesuai dengan kebutuhan dan peluang yang ada.
Presdir PT Mobile-8 Telecom Wityasmoro Sih Handayanto mengatakan suatu saat akan terjadi konsolidasi. “Antara siapa dan kapan kami belum bisa perkirakan dan apapun kami akan jajaki.”
Hutchison
Dalam perkembangan lain, PT Hutchison CP Telecom Indonesia menegaskan belum ada rencana konsolidasi ataupun rencana beralih dari pasar Indonesia menyusul merger antara Vodafone dan Hutchison di Australia.
Sidarta Sidik, Direktur Layanan Korporasi Hutchison mengatakan Hutchison menilai pasar Indonesia masih posistif memberikan pangsa pasar.
“Belum kami pikirkan konsolidasi dan jika pun ada konsolidasi pendorongnya adalah operator itu sendiri bukan regulasi,” ujarnya.
Semula satu laporan baru dari lembaga riset Malaysia OSK Research menyatakan Hutchison Telecom International mempertimbangkan untuk keluar dari pasar telekomunikasi Indonesia karena memperhitungkan faktor risiko regulasi yang dinilai rumit, di samping faktor-faktor lainnya seperti semakin ketatnya persaingan di pasar.
Disisi lain, pemain kecil merasa kesulitan dalam mengembangkan bisnis di tengah volatilitas rupiah di mana perusahaan induk pada saat krisis global masih harus berjuang untuk memenuhi komitmen pinjaman.
Menurut OSK, pasar seluler Indonesia stabil setelah melalui masa perang tarif selama 18 bulan dengan tingkat penurunan tarif sampai 60%.
Sebelum krisis, adanya ekspektasi proyeksi ekonomi yang menantang telah mendorong kalangan operator memperbesar pengeluaran saat menetapkan rencana akuisisi pelanggan. (roni.yunianto@bisnis.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar