06 Maret 2009 Kartu Hangus Operator Sekitar 20%

Surabaya, Investor Daily – Hingga akhir 2009, calling card (sekali pakai) dan kartu hangus pada semua operator telekomunikasi diperkirakan masih tetap tinggi. Tarif murah yang ditawarkan operator telekomunikasi serta murahnya kartu perdana menjadi salah satu penyebab utamanya.

“Secara industri, persentase kartu hangus sekitar 20%, bahkan pada oparator tertentu bisa mencapai 50-80%,” kata Herry SW, pengamat telekomunikasi dari Surabaya, Rabu (4/3).

Herry mengakui, tren terjadinya calling card mulai muncul sekitar 3-4 tahun lalu. Saat itu, operator mulai menurunkan harga kartu perdana untuk menambah sebanyak mungkin pelanggan baru. Saat ini kartu perdana dijual di bawah Rp5.000, bahkan ada dibagikan gratis demi mengejar tambahan pelanggan baru sebanyak-banyaknya.

“Karena semua operator melakukannya, akhirnya menggunakan kartu perdana untuk sekali pakai menjadi perilaku konsumen saat ini. Konsumen berpendapat, membeli kartu perdana lebih murah daripada membeli pulsa isi ulang,” kata dia.

Akibat prilaku calling card tersebut, kata dia, jumlah kartu hangus terus meningkat. Persentase kartu hangus di masing-masing operator beragam dan yang paling parah dialami operator baru yang belum banyak memiliki pelanggan.

Herry mengatakan, perhitungan persentase kartu hangus itu didasarkan pada jumlah pelanggan yang ada. “Padahal kalau dihitung berdasarkan jumlah kartu perdana baru yang beredar, mungkin angka persentasenya bisa mencapai 80-90%. Misalnya, dari 100 kartu perdana yang terjual, ada 20 pelanggan tetap, itu sudah bagus,” jelas Herry.

Menurut Herry, prioritas utama pelanggan dalam memilih operator telekomunikasi adalah harga, diikuti kualitas jaringan, kemudian cakupan jaringan, denominasi voucher, serta keandalan jaringan, layanan atau fitur.

Sementara itu, Vice President PT Excelcomindo Pratama Tbk kawasan timur Kencono Wibowo menambahkan, tren industri telekomunikasi saat ini tidak bisa lepas dari dua masalah tersebut (churn rate dan calling card). Masalah lain adalah persaingan tarif, kualitas jaringan serta layanan.

“Harus diakui untuk mendapatkan pelanggan baru dan loyal itu tidak mudah bagi operator. Ini tantangan yang harus dihadapi semua operator telekomunikasi di Indonesia saat ini,” kata Kencono.

Tentang kartu hangus XL, menurut Kencono, masih dibawah rata-rata industri, yakni tak sampai 20%.

Potensi pasar industri telekomunikasi di Indonesia, menurut dia, masih amat besar karena penetrasi pasar saat ini masih sekitar 50%. Dengan data tersebut, potensi pelanggan baru yang bisa diserap operator telekomunikasi dalam empat sampai lima tahun ke depan masih cukup besar. (zal)

0 komentar: