06 Maret 2009 Sewa Pusat Data Bisa Hemat Capex 50%

IDC: Belanja infrastruktur pusat data tumbuh

Oleh Roni Yunianto

Jakarta, Bisnis Indonesia – Keputusan entitas bisnis menyewa pusat data (data center) diperkirakan menyumbang penghematan belanja modal 50% dibandingkan dengan membangun pusat data sendiri.

Moch. Ma’ruf, General Manager Pemasaran PT Aplikanuas Lintasarta, menuturkan tingkat penghematan yang dapat dihasilkan dari penyewaan pusat data cukup signifikan.

“Kendati belum melakukan studi, saya memperkirakan penghematannya dapat mencapai lebih dari 50%,” ujarnya seusai seminar bertema How To Manage Rising and Risk in Banking Industry with Data Center and Disaster Recovery Center, kamarin.

Dengan menyewa, maka suatu perusahaan lebih mudah memiliki pusat data yang menelan investasi besar tidak hanya pada sarana pendukung, tetapi juga dalam hal penyediaan infrastruktur komunikasi data, daya, sumber daya manusia, serta jasa pemeliharaannya.

Lintasarta mengungkapkan kebutuhan untuk mengimplementasikan ketentuan business continuity plan mendorong bisnis pusat data.

“Bank Indonesia, misalnya, telah mewajibkan bank-bank menyiapkan sistem yang menjamin bisnis bank tetap berjalan dalam kondisi apapun, seperti bencana,” tuturnya.

Anak usaha Indosat yang memiliki tiga pusat data di jalan TB Simatupang Jakarta, Bandung, dan Jatiluhur, Jawa Barat, itu, saat ini mengincar dua bank besar dengan pertimbangan kepasitas saat ini.

“Kami mempertimbangkan membangun pusat data baru dan melakukan ekpansi besar tahun depan,” tegasnya.

Saat ini layanan pusat data Lintasarta telah menjaring 40 pelanggan korporasi multinasional, terutama dari sektor telekomunikasi, jasa keuangan, bank dan media.
Disegment perbankan, Lintasarta merupakan salah satu penyedia pusat data besar di samping PT Sigma Cipta Caraka yang merupakan anak usaha PT Telkom Tbk.

Gidion S. Barus, General Manager Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT Aplikanusa Lintasarta, menambahkan dalam bisnis pusat data, hanya aplikasi dan database termasuk perangkat storage dan servernya saja yang tetap dimiliki pelanggan.

“Penyedia, menyediakan infrastruktur, rak dan ruang. Adapun dalam konsep managed service, perangkat server dan storage disediakan oleh penyedia pusat data,” ujarnya.

Penyedia pusat data juga harus menyediakan pusat pemulihan (DRC) dan menyediakan perangkat duplikasi atau cadangan (redundancy dan backup) untuk menjaga keamanam.
“Jika terjadi bencana yang menyebabkan sistem dan infrastruktur utama terganggu, secara otomatis akan beralih ke DRC site sehingga sistem dan aplikasi utama tetap berjalan,” ujarnya.

Belanja Tumbuh
Adrian Ho, Research Manager Managed Services & Enterprise Network Group IDC Asia Pasifik, memperkirakan dalam janga panjang, investasi operator dan enterprise tidak berhenti, termasuk dalam hal teknologi jaringan pusat data (datacenter).

Pertimbangan itu, tuturnya, adalah bentuk respons cepat terhadap situasi ekonomi saat ini tanpa terkecuali fokus pada manajemen biaya. Bisnis dari berbagai skala usaha diperkirakan lebih konservatif dalam mempertimbangkan belanja TI dan komunikasi.

IDC memperkirakan banyak perusahaan beralih ke pusat data generasi terbaru dengan memanfaatkan virtualisasi dan optimisasi karena pengoperasian pusat data merupakan salah satu yang paling mahal.

Djarot Subiantoro, President Director PT Sigma Cipta Caraka, menuturkan pihaknya optimistis tren alih daya pusat data meningkat karena sudah terbukti efektif menekan risiko bisnis.

“Alih daya pusat data sudah proven [terbukti berhasil] dalam 10 tahun terakhir. Dengan krisis, perusahaan menghidari belanja moda, sehingga menyewa menjadi pilihan menarik,” katanya kepada Bisnis kemarin.

Sigma yang saat ini memiliki tiga pusat data dua di Jakarta dan satu di Surabaya itu memiliki kekuatan di aplikasi bisnis sebagai bagian dari layanan teknologi informasi yang disediakannya. (roni.yunianto@bisnis.co.id)

0 komentar: