
Wakil Direktur Utama BTEL Erik Meijer mengaku pihaknya siap menghadapi persingan dengan PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk di pasar layanan SLI. “Tarif SLI kami lebih hemat hingga 77% dibandingkan operator lainnya,” ujarnya, Rabu (15/4).
BTEL mengoperasikan layanan ini setelah mendapatkan lisensi jaringan tetap SLI dari pemerinah pada September 2008. BTEL juga sudah mendapat izin penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional pada Februari 2009 dari Menteri Komunikasi dan Informatika. Dus, BTEL kini bisa menyelenggarakan jasa telepon dasar berupa telepon, faksimili, teleks, telegraf dan data.
Untuk layanan SLI ini, BTEL telah menyiapkan dana US$25 juta. Perusahaan yang bernaung di bawah Grup Bakrie ini memperkirakan potensi pasar SLI tahun ini mencapai Rp 7 triliun.
Untuk meraih pasar di layanan SLI, BTEL telah menyiapkan lima perangkat pendukung berupa Sentral Gerbang Internasional (SGI). Dalam waktu dekat mereka juga akan menambah tiga SGI yang akan dibangun di Surabaya, Makassar dan Medan.
Sebagai langkah awal, Erik mengatakan, BTEL memberikan tarif promosi Rp49 perdetik di luar PPN hingga Desember 2009. Promosi ini berlaku untuk sambungan ke Amerika Serikat, China, Hongkong, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, Korea Selatan dan Taiwan.
Direktur Utama PT Telkom Tbk Rinaldi Firmansyah tidak khawatir dengan adanya pesaing baru. “Kami juga tidak berencana menurunkan tarif,” tandasnya.
Direktur Pemasaran PT Indosat Tbk Guntur S. Siboro menanggapi wajar kehadiran BTEL. “Yang namanya persaingan natural saja, sebelumnya kami sudah bersaing dengan Telkom. Yang namanya pemain baru, menurut saya wajar saja jika menonjolkan harga lebih dulu,” ujarnya. *Yudo Widiyanto
0 komentar:
Posting Komentar