Jakarta, Investor Daily – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tidak berminat mengakuisisi saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN). Perseroan lebih tertarik untuk menaikkan pertumbuhan organik melalui pengembangan bisnis yang sudah ada.
Direktur Utama Bakrie Telecom Anindya Bakrie membantah telah membentuk tim kecil untuk mengkaji akuisisi Mobile-8. “Perseroan belum berminat untuk mengakuisisi saham Mobile-8. Para pemegang saham Bakrie Telecom juga meminta pertumbuhan anorganik dilaksanakan secara hati-hati,” ujarnya usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Selasa (16/6).
Hanya saja, menurut Anindya, perseroan masih mempertimbangkan rencana konsolidasi bisnis telepon seluler berbasis code division multiple access (CDMA) dengan Mobile-8. konsolidasi tidak akan dilaksanakan secara gegabah. Pihaknya mengakui Mobile-8 belum pernah menawarkan sahamnya kepada perseroan.
Dia menambahkan, pertumbuhan organik direalisasikan melalui pengembangan sejumlah produk, seperti Esia, Wifone, dan Wimode. Perseroan juga akan mendongkrak jumlah pelanggan menjadi 10,5 juta sampai akhir tahun ini.
Guna mengembangkan bisnisnya tahun ini, menurut dia, Bakrie Telecom menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2008-2010 senilai US$600 juta. Dananya berasal dari hasil penerbitan saham baru (rights issue) pada 2008 senilai Rp3 triliun. Selain itu, pembiayaan capex juga dihimpun dari hasil penjualan 543 menara dan kas internal.
Sebelumnya, Bakrie Telecom telah melepas sebanyak 543 menara telekomunikasi miliknya kepada PT Solusi Tunas Pratama senilai Rp450 miliar. Perseroan mendapatkan dana bersih senilai Rp390 miliar. Sisanya, Rp60 miliar akan diretensi oleh pembeli sebagai dana cadangan untuk perpanjangan masa sewa tanah/gedung yang ditempati menara tersebut selama 10 tahun.
Dia mengatakan, pembayaran penjualan menara dilaksanakan dalam empat tahap. Pembayaran pertama senilai Rp140 miliar telah diterima perseroan pada 1 Juni lalu. Selanjutnya, perseroan akan menerima Rp 80 miliar pada 1 Juli, Rp80 miliar pada 1 Agustus, dan sisanya mencapai Rp90 miliar pada 1 September 2009.
Anindya manambahkan, Bakrie Telecom menargetkan pangsa pasar sambungan langsung internasional (SLI) sebesar Rp1 triliun dalam tiga tahun mendatang. Saat ini, total pangsa pasar SLI di dalam negeri mencapai Rp 3 triliun.
Direktur Keuangan Bakrie Telecom Jastiro Abi mengatakan, SLI diperkirakan mulai berkontribusi terhadap pendapatan perseroan tahun ini, meskipun nilainya kecil. “Kami memperkirakan kontribusinya SLI mulai besar pada 2010 dan 2011,” tandas dia.
Hingga kuartal I-2009, Bakrie Telecom meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 27,51% menjadi Rp816,097 miliar, dengan peningkatan 26,7% menjadi Rp73,01 miliar. Namun, laba bersih turun 79,18% dari Rp27,38 miliar menjadi Rp5,7 miliar. Penurunan laba akibat lonjakan beban keuangan dan rugi kurs.
Perseroan mencatat pendapatan produk Esia pra bayar menjadi kontributor utama terhadap pendapatan konsolidasi Bakrie Telecom setelah bertumbuh 32,45% menjadi Rp693,39 miliar dibanding priode sama tahun lalu Rp468,38 miliar. Sedangkan kinerja jasa telekomunikasi lainnya, seperti Esia pascabayar, Wifone Prabayar dan pascabayar, Esiatel, Ratelindo reguler, dan Ratelindo wartel justru melemah. (fei)
0 komentar:
Posting Komentar