13 Juni 2009 ‘WiMax dan satelit perlu dipisahkan’

Indonesia masih kekurangan 20 transponder

Oleh Arif Pitoyo
Bisnis Indonesia

Jakarta (12/6/2009) – Sejumlah negara telah memisahkan akses worldwide interoperability for microwave access (WiMax) dengan satelit di pita 3,5 GHz dan mengembangkan akses nirkabel pita lebar tersebut ke pita 2,5 GHz.

Gregg Daffner, VP Membership & External Relations Asia Pacific Satellite Communications Council (APSCC), mengungkapkan sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia telah memindahkan akses WiMax dari 3,5 GHz dan mengalokasikan spektrum itu untuk satelit.

“Pemanfaatan frekuensi bersama antara WiMax dan satelit sangat sulit dilakukan karena sebagai akses terestrial, sinyal Internet nirkabel tersebut lebih kuat sampai 10.000 kali dibandingkan dengan satelit yang meiliki jarak sampai 36.000 di atas bumi,” tuturnya pada International Conference of Asia Pacific Satellite Communications Systems, kemarin.

Kuatnya sinyal WiMax, menurutnya, akan menimbulkan interferensi yang sangat besar dan berpotensi mengganggu layanan satelit. Di Amsterdam, Belanda, terdapat akses WiMax standar IEEE 802.16e dengan lisensi nasional di pita 3,5 GHz yang menimbulkan interferensi yang besar, terutama di urban area.

Daffner menyarankan akses WiMax sebaiknya diaplikasikan di pita 2,5 GHz seperti yang sudah dilakukan di Amerika Serikat, dan rencana pengembangan di Filipina dan Taiwan. Selain itu, katanya, chip Intel Centrino 2 juga akan didukung Wi-Fi dan WiMax di pita 2,5 GHz.

Sebagaimana diketahui, frekuensi 2,5 GHz adalah frekuensi yang telah diindentifikasi oleh International Telecommunication Union (ITU) dapat digunakan untuk international mobile telecommunications (IMT 2000) baik untuk WiMax, akses terestrial, maupun IMT Advance.

Di Indonesia, pita 2,5 GHz digunakan untuk akses satelit Indostar 2 milik PT Media Citra Indostar (Indovision) untuk penyiaran selebar 150 MHz.

Kebutuhan satelit
Di sisi lain, Departemen Komunikasi dan Informatika menyadari Indonesia masih kekurangan transponder satelit cukup besar. Saat ini terdapat tujuh satelit di tujuh slot orbit Indonesia.

Sekjen Depkominfo Aswin Sasongko mengatakan jumlah satelit itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi dan penyiaran di Indonesia.

“Pada masa depan, dibutuhkan regulasi yang mengakomodasi mesuknya satelit asing untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan keuntungan bagi masyarakat.

Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) Tonda Priyanto mengatakan kapasitas transponder di Indonesia saat ini adalah 102 unit dan akan bertambah lima unit oleh satelit Palapa D milik Indosat di Extended C-Band.

“Penambahan transponder juga akan datang dari satelit Cakrawarta S-band sebanyak lima unit,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Menurut dia, Indonesia masih kekurangan sekitar 10-20 unit transponder lagi atau bergantung kebutuhan pelanggan. (arif.pitoyo@binis.co.id)

0 komentar: