30 Juli 2009 AKSI KORPORASI INDOSAT

QTEL: ISAT Tak Berniat Keluar dari Bursa New York

Jakarta, Kontan – Pengendali PT Indosat Tbk (ISAT), Qatar Telecom (QTEL), memastikan belum berniat menarik pencatatan saham ISAT (delisting) dari New York Stock Exchange (NYSE), Amerika Serikat.

Perusahaan yang berbasis di Qatar itu menegaskan, sampai sekarang ini tidak ada proses untuk menarik diri meupun mencatatkan kembali (relisting) saham Indosat di bursa lain. “Indosat masih mengikuti aturan main yang berlaku baik di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun NYSE,” demikian pernyataan QTEL seperti dikutip Bloomberg, kemarin (29/7).

Menurut QTEL, sangat lumrah bagi manajemen Indosat untuk membicarakan peluang dan strategi perusahaan dari waktu ke waktu. Itu untuk menyiasati perkembangan yang terjadi. Tapi untuk saat ini, keluar dari bursa saham New York belum menjadi kebutuhan utama ISAT.

Pernyataan QTEL tersebut menepis pernyataan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan A. Djalil. Pekan lalu, Sofyan menyatakan ISAT bakal delisting dari bursa New York.

Menurut Sofyan, ada beberapa alasan bagi operator telepon seluler terbesar kedua di Indonesia itu untuk keluar dari lantai bursa saham New York. Misalnya, biaya administrasi selama tercatat di papan bursa negeri Paman Sam itu terlampau mahal. Selain itu, aturan main di bursa New York termasuk rumit.

Padahal, kata Sofyan, standar yang ketat tersebut tidak menjamin emiten di bursa saham New York bisa bertahan dari amukan krisis global. “Toh, banyak juga perusahaan Amerika yang kolaps,” kata Sofyan.

Sofyan menambahkan, lokasi pencatatan saham atau listing bagi perusahaan publik sejatinya sudah tidak menjadi persoalan krusial. Sebab sekarang investor bisa membeli saham di bursa mana pun di dunia.

Direktur Utama Indosat Johnny Swandi Sjam juga menyatakan, Indosat belum berencana melakukan delisting maupun relisting di bursa manapun. Namun ia mengakui, proses kajian delisting maupun relisting memang dilakukan secara reguler dari waktu ke watku. “Tapi ini hanya untuk memastikan struktur permodalan ISAT sesuai dengan kebutuhan maupun kepentingan perusahaan dan seluruh pemegang saham,” ujarnya.

Wacana delisting Indosat dari NYSE sebenarnya sudah lama mencuat. Ide ini muncul sewaktu pemerintah masih menjadi pemegang saham mayoritas Indosat.

Tapi, sekarang kondisinya berbeda. Kini QTEL menguasai Indosat dengan menggenggam 65% saham. Pemerintah hanya menguasai 14,29% saham Indosat dan sisa 20,71% saham lainnya milik publik. *Sandy Baskoro

0 komentar: