27 Juli 2009 ‘Biaya Internet WiMax akan murah’

Vendor lokal antusias menyambut tender WiMax

Oleh Roni Yunianto & Muhammad Sufyan
Bisnis Indonesia

Jakarta: Pemerintah WiMax optimistis industri lokal dan operator akan dapat menggelar WiMax untuk layanan Internet yang terjangkau, karena skala ekonomis pasar akan cepat tercapai.

Suhono Harso Supangkat, staf khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), menuturkan kalangan industri lokal tidak perlu khawatir berlebihan untuk merespons tingginya biaya yang ditanggung operator dari hasil tender itu.

“Menurut hitungan kami, jika sudah ada basis di atas 100.000 pelanggan, harga terminal CPE [customer premise equipment] akan semakin murah,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Menurut Suhono, untuk setiap pembayaran frekuensi, operator akan membayar up front fee (biaya di muka) dengan persentase yang telah ditentukan dari belanja modal. Dengan itu, maka operator sudah menghitung keberaniannya dalam mengalokasikan belanja perangkat.

“Mereka sudah berani memperhitungkan model bisnis di WiMax, berapa potensi pengguna di daerah dan bagaimana bisa menyediakan layanan murah. Harapannya dengan skala penggunaan yang banyak di 15 zona, CPE dan base transceiver station [BTS] bisa murah,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Suhono, kehadiran operator lokal baru Berca Hardaya Perkasa patut diberi kesemaptan.

“Sejak prakualifikasi panitia telah menilai kompetisinya dan dalam hal ini diberikan ruang untuk berkompetisi secara sehat,” tuturnya.

Sejumlah manufaktur lokal telah mengikuti proses pengadaan perangkat WiMax 2,3 GHz di sejumlah operator, diantaranya PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk. Kalangan industri memperkirakan order perangkat WiMax baru akan masif pada Oktober 2009.

Gatot Tetuko, Direktur PT Teknologi Riset Global, optimistis semua industri perangkat WiMax akan mendapatkan pasar dari tender pertama BWA tersebut.

“Sebagian besar tegabung dalam Aptiki [Asosiasi Produsen Perangkat Telekomunikasi Indonesia] dan berkompetisi dengan sepsialisasi di areanya masing-masing,” ujarnya.

Aptiki sementara ini beranggotakan PT Inti, PT LEN, PT Quasar, PT Hariff, Xirka, TRG, dan CMI. Industri itu berharap basis volume produksi tetap akan besar agar biaya menurun dan harga di pengguna akhir relatif terjangkau.

Budi Permana, Presdir PT Hariff Daya Tunggal Engineering manufaktur komponen WiMax lokal, sebelumnya menuturkan penyempurnaan teknis termasuk revisi perangkat sudah diselenggarakan untuk mengantisipasi pesanan massal.

“Kami memperkirakan pesanan massal pada Oktober 2009 atau 2 bulan setelah proses tender,” ujarnya kepada Bisnis.

Vendor lokal
Produsen perlengkapan telekomunikasi nasional mengklaim kelebihan masing-masing untuk segera terlibat dalam implementasi tender WiMax yang digelar dua pekan lalu.

Irfan Setiaputra, Dirut PT Inti, mengungkapkan pihaknya memiliki pengalaman panjang dalam gelaran perangkat telekomunikasi di Tanah Air, baik di daerah terpencil apalagi di Pulau Jawa.

Selain pernah memegang hak tunggal pemasangan sentral komunikasi digital seluruh Indonesia dari PT Telkom Tbk, BUMN strategis ini belakangan memasang dan memelihara perangkat milik tiga besar operator seluler.

“Di wilayah mana pun, sekali pun remote area, kami pernah terlibat [memasang perangkat]. Mau di Aceh, mau Papua, itu tetap Indonesia. Beda-beda tipis saja,” katanya kepada Bisnis di Bandung pekan lalu.

Dengan demikian, lanjut Irfan, pihaknya optimistis bisa memperoleh kontrak pekerjaan dari para pemenang tender yang notebene tidak memiliki pengalaman memasang perangkat di wilayah inti maupun terpencil.

PT Inti mengaku belum sepenuhnya siap menghadapi tender pekerjaan proyek dalam waktu dekat. Hal itu karena BUMN tersebut masih mempersiapkan sumber daya manusia, perangkat, dan sistem terkait.

Akan tetapi, jika tender lanjutan dari setiap pemegang lisensi dilakukan misalnya pada akhir tahun ini, PT Inti sepenuhnya siap menjadi pihak ketiga instalator yang ditunjuk operator pemenang.

“Yang jelas, kami sudah siap berangkat sendiri. Mengerjakan kontrak sendirian, jika menang sekalipun sebelumnya sudah ada konsorsium Merah Putih yang mau menangkap peluang pembangunan jaringan ini.”

Konsorsium tersebut awal tahun ini dibentuk mantan Dirut Inti Abdul Aziz, dengan anggota lainnya seperti PT Len Industri, PT Pos Indonesia, dan PT Quasar. Akan tetapi, seiring dengan waktu, konsorsium ini tidak bergerak lagi.

Dahyar, Corporate Communication PT Indonesia Tower, menambahkan anak perusahaan yang khusus menangani perlengkapan WiMax, yakni PT Teknologi Riset Global (TRG), sudah memiliki semua komponen dan tinggal menunggu produksi.
(muhammad.sufyan@bisnis.co.id/roni.yunianto@bisnis.co.id)

0 komentar: