10 November 2009 Trafik VoIP bakal melonjak

SLI dekati ambang jenuh

Oleh Fita Indah Maulani & Arif Pitoyo
Bisnis Indonesia

Jakarta (09/11/2009): Volume trafik voice over internet protocol (VoIP) di dunia, termasuk di Indonesia, diprediksi tumbuh 3.700% tahun ini, sehingga kue yang makin kecil memacu peningkatan persaingan layanan sambungan langsung internasional (SLI).

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Interent Teleponi Indonesia (APITI) Teddy A. Purwadi mengungkapkan pemerintah tak perlu menambah lagi operator SLI baru karena tingkat persaingan yang terjadi saat ini sudah cukup tajam.

“Semua trafik teleponi circuit switch bahkan akan segera beralih ke Internet teleponi packet switched, bahkan ethernet universal,” tutur Teddy yang juga anggota Dewan Pengawas Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tersebut kepada Bisnis, kemarin.

Teddy mengungkapkan layanan VoIP akan bersaing ketat dengan SLI di Indoneisa mengingat semua PJI memiliki kemampuan dan bisa menyediakan layanan VoIP. “Apalagi sejumlah layanan instant messaging juga menyediakan fitur voice.”

Praktisi telekomunikasi dari Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiadi pernah mengatakan tiga operator saja sudah mencukupi kebutuhan akses internasional masyarakat mengingat selain clear channel sekarang sudah banyak trafik internasional yang disalurkan lewat paket Internet protocol berbiaya murah tetapi memakai tarif SLI.

“Yang menjadi pertanyaan adalah penambahan lisensi SLI tersebut dimaksudkan untuk kepentingan siapa, karena sekarang ini hampir semua operator telekomunikasi sahamnya dimiliki asing,” ujarnya.

Wigrantoro mengingatkan pemerintah perlu mencermati bahwa semakin banyaknya operator SLI maka pasar layanannya akan fragmented atau tidak ada yang dominan.

Implikasinya, menurutnya, apabila operator SLI bernegosiasi tarif dengan operator luar negeri sendiri-sendiri, posisi tawarnya akan lemah karena volumenya sedikit sehingga otomatis tarif SLI assymetric makin lebar.

Ketua Umum Mastel Setyanto P. Santosa mengatakan SLI atau SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) hanyalah enabler, jadi sebenarnya tidak perlu ditambah lagi.

Chief Marketing Officer Indosat Guntur S Siboro menilai layanan SLI tidak sensitif dengan tarif murah, karena tarif bukan prioritas untuk layanan SLI sehingga jika tarif diturunkan pun, tidak otomatis mendongkrak panggilan telepon.

Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Indormasi (LPPMI) Kamilov Sagala mengaku heran karena pemerintah dan regulator akan menggelar tender sambungan langsung internasional.

“Dulu regulator dan pemerintah mengungkapkan hanya akan menambah satu operator SLI, tetapi dalam waktu 2 tahun sudah berubah,” tutur mantan anggota BRTI yang pernah menjadi panitia tender SLI 2007 tersebut.

Butuh insentif
Sementara itu, produsen ponsel di Indonesia mendesak pemerintah untuk lebih nyata memberikan insentif kendati sudah banyak menerbitkan regulasi.

Martono Jaya Kusuma, Presiden Direktur PT Metrotech Jaya Komunikas (produsen ponsel Nexian), mengatakan untuk menarik minat investor menanam modal dan membangun basis produksi ponsel di Tanah Air, dibutuhkan insentif lebih nyata dari pemerintah.

“Aturan [regulasi] sudah cukup banyak, sekarang tinggal insentifnya saja yang harus lebih nyata lagi,” ujarnya seusai acara Paket Nexian NX G522-Kartu As Telkomsel akhir pekan lalu. (RONI YUNIANTO) (fita.indah@bisnis.co.id/arif.pitoyo@bisnis.co.id)

0 komentar: