13 Februari 2009 Aset Fren Cukup Untuk Jaminan

Diperlukan dana segar US$100 juta pada tahun ini

Oleh Sylviana Pravita R.K.N & Wisnu Wijaya

Jakarta, Bisnis Indonesia – PT Mobile-8 Telecom Tbk (Fren) menyatakan mempunyai aset yang cukup untuk menambah jaminan obligasi.

Namun, perseroan akan mengusulkan penambahan kolateral itu digabungkan dalam satu paket restrukturisasi obligasi.
“Kami usulkan agar penambahan nilai jaminan itu dimasukkan paket restrukturisasi utang perseroan. Tidak terpisah-pisah begitu,” tutur Presiden Direktur Mobile-8 Wityasmoro Sih Handayanto saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, kemarin.

Wali amanat, lanjutnya, memberi waktu kepada manajemen Mobile-8 untuk menambah nilai jaminan obligasi paling lambat pada 16 Februari 2009 karena peringkat surat utang itu turun.

Berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, Mobile-8 wajib menambah nilai jaminan obligasi Rp 675 miliar dari 110% menjadi 130% apabila peringkat surat utang itu dipangkas di bawah BBB.

Untuk memenuhi kewajiban itu, operator telekomunikasi bermerek Fren dan Hepi ini menjaminkan sebagian peraltan telekomunikasinya.

Surat utang Mobile-8 ketika diterbitkan mendapat peringkat BBB+ dengan prospek stabil dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan dijamin dengan semua peralatan telekomunikasi yang nilainya tidak kurang dari 110% dari pokok obligasi. Itu berarti nilai jaminan surat utang itu mencapai Rp 742,5 miliar.

Masalah mulai muncul ketika Pefindo pada medio Desember 2008 memangkas peringkat obligasi itu menjadi idCCC dan masuk credit watch dengan implikasi negatif. Peringkat itu berlaku selama periode 16 Desember 2008-16 Maret 2009. Apabila Mobile-8 gagal memenuhi kewajibannya, peringkat itu akan diturunkan lagi menjadi default.

Akibat penurunan rating itu, Mobile-8 diwajibkan menambah nilai jaminan obligasinya menjadi Rp 877,5 miliar. Itu berarti operator tersebut harus menambah jaminan lagi senilai Rp 135 miliar.

Satu pemegang obligasi Fren menambahkan apabila Mobile-8 tidak menambah jaminan sesuai dengan perjanjian, berarti wali amanat bisa melaksanakan rapat umum pemegang obligasi (RUPO).
Dalam RUPO itu, tuturnya, nanti dibahas mengenai penambahana jaminan sekaligus usulan Mobile-8

Wityasmoro mengatakan Mobile-8 berharap ada solusi lain, seperti konversi utang menjadi saham, atau solusi lain yang dapat diraih oleh pemegang obligasi dan Komite Pengarah.
“Kami terus menjajaki berbagai kombinasi solusi, tetapi yang jelas perpanjangan tenor menjadi harapan kami atas surat utang yang sebenarnya jatuh tempo pada 2013 itu,” tuturnya.

Namun, dia belum bersedia menjelaskan batas akhir perpanjangan jatuh tempo surat utang itu karena masih bernegosiasi.

Dalam restrukturisasi obligasi itu, Mobile-8 dibantu oleh PT Bhakti Securities yang menjadi penasihat keuangan.
Terkait dengan rencana penerbitan saham baru (rights issue), Wityasmoro mengatakan Mobile-8 berencana melaksanakan aksi korporasi itu sejak pertengahan tahun lalu. “Kami juga melaksanakan audit laporan keuangan per Juni 2008 yang semula untuk melaksanakan rights issue

Rights Issue
Melalui rights issue, ujarnya, pemodal baru bisa masuk Mobile-8. Pada waktu itu ada calon investor dari Timur Tengah yang sedang uji tuntas.
“Gara-gara krisis global, rencana itu ditunda karena mereka fokus pada saham di AS yang harganya murah,” katanya.

Hingga kini, ujarnya, Mobile-8 masih melanjutkan proses itu. Namun, dia belum bisa memastikan nilai rights issue karena bergantung pada nilai final restrukturisasi obligasi. “Kami memperkirakan rights issue bisa dilaksanakan pada semester II,”

Berdasarkan materi rapat informasi dengan pemegang obligasi pada 19 Desember 2008, Mobile-8 membutuhkan dana segar US$100 juta pada tahun ini dan US$25 juta pada 2011. (sylviana.pravita@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

0 komentar: