20 Februari 2009 Bapepam-LK Periksa Mobile-8

Oleh Sylviana Pravita R.K.N

Jakarta, Bisnis Indonesia – Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mulai memeriksa manajemen PT Mobile-8 Telecom Tbk terkait dengan kewajiban obligasi Rp675 miliar dan US$100 juta.

“Tim saya hari ini [kemarin] memeriksa manajemen Mobile-8. Yang jelas, semua yang datang ke biro saya dalam rangka pemeriksaan, bukan sekadar untuk bertatap muka atau bersilaturrahmi,” ujar Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyelidikan Bapepam-LK Sarjito kepada Bisnis kemarin.

Namun, dia enggan mengungkapkan secara detail pemeriksaan otoritas pasar modal terhadap emiten tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Bisnis menjumpai manajemen Mobile-8, yaitu Director & Chief Corporate Affairs Merza Fachys dan Sekretaris perusahaan Chris Taufik di kantor Bapepam-LK.

Dia menjelaskan manajemen Mobile-8 dimintai keterangan oleh Bapepam-LK terkait dengan pemberitaan kemarin mengenai kesediaan perseroan menambah nilai jaminan obligasi sebesar 110% dari utang pokok menjadi 130%.

Padahal sebelumnya operator telepon berbasis code division multiple access (CDMA) tersebut bersikeras tidak menambah nilai jaminan karena ingin menggabungkan hal itu satu paket dengan restrukturisasi utang pokok obligasi. “Kami datang dan ditanyai oleh Bapepam-LK seputar pemberitaan itu,” tuturnya.

Surat utang Mobile-8 ketika diterbitkan mendapat peringkat BBB+ dengan prospek stabil dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan dijamin dengan peralatan telekomunikasi yang nilainya tidak kurang dari 110% dari pokok obligasi. Itu berarti nilai jaminan surat utang itu mencapai Rp742,5 miliar.

Masalah mulai muncul ketika PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pada medio Desember 2008 memangkas peringat obligasi Mobile-8 menjadi idCCC dan masuk credit watch dengan implikasi negatif.

Peringkat itu berlaku pada periode 16 Desember 2008-16 Maret 2009. Apabila Mobile-8 gagal memenuhi kewajibannya, peringkat itu akan diturunkan lagi menjadi default.

Akibat penurunan rating itu, Mobile-8 diwajibkan menambah nilai jaminan obligasinya menjadi Rp877,3 miliar. Itu berarti operator tersebut harus menambah. Jaminan lagi senilai Rp135 miliar.

Menurut dia, Mobile-8 tetap berkomitmen menyelesaikan utang perseroan dengan melalui berbagai langkah restrukturisasi. Perseroan juga menyatakan mempunyai aset yang cukup untuk menambah jaminan obligasi.

Porsi publik
Selanjutnya, mengenai porsi publik yang memiliki usaha Mobile-8 kini menciut 20,57% dari posisi per 30 November tahun lalu sebesar 41,99% saham.

Berdasarkan laporan biro administrasi efek PT Bhakti Share Registrar ke Bursa Efek Indonesia Rabu, OUB Kay Hian Private Ltd dan PT Bhakti Asset Management, pihak terafiliasi dengan Global Mediacom dan Mebile-8, tiba-tiba memiliki 13,29% dan 7,28% saham Mobile-8.

Padahal, pemegang saham operator penyedia jasa telepon Fren dan Hepi per 30 November 2008 adalah Jaresh Investment Ltd, Global Mediacom, Qualcomm Inc, KT Freetel Co Ltd, dan publik.

“Mengenai susunan pemegang saham itu, kami menyampaikan bahwa sejak Desember 2008, susunan pemilik saham sudah sama dengan laporan per 18 Februari itu,” tutur Chris.

Pada penutupan perdagangan 18 Februari 2009, harga saham emiten berkode FREN ini ditutup stagnen dibandingkan dengan penutupan perdagangan 17 Februari, yaitu Rp50. Apabila mengacu pada harga saham itu, kapitalisasi pasar perseroan mencapai Rp1,01 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2008, kas dan setara kas Mobile-8 merosot secara signifikan menjadi Rp160,17 miliar dari posisi akhir September 2007 sebesar Rp652,49 miliar.

Mobile-8 membukukan rugi bersih Rp275,29 miliar per September tahun ini dibandingkan dengan laba bersih per September tahun lalu Rp55 miliar. Rugi bersih itu terjadi karena lonjakan beban usaha. Pendapatan bersih operator itu per September tahun ini Rp610,76 miliar dibandingkan dengan per September tahun lalu Rp626,31 miliar.

Materi rapat informal antara Mobile-8 dan pemegang obligasi pada 19 Desember 2008 mengungkapkan perseroan memproyeksikan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) menjadi positif pada 2010 dengan perolehan laba bersih pada 2011.

Operator layanan produk Fren dan Hepi itu memerlukan US$100 juta pada tahun ini dan US$25 juta pada 2011. Perusahaan itu, tuturnya dipredikasi bisa membukukan laba bersih Rp68,49 miliar pada 2011 setelah merugi berturut-turut pada 2008 hingga 2010. Pendapatan kotor Mobile-8 pada akhir tahun ini diprediksi Rp938,71 miliar. (sylviana.pravita@bisnis.co.id)

0 komentar: