09 Februari 2009 Dari Kabel Hingga Satelit

Kompas, Berdasarkan teknologi yang digunakan, penyedia jasa layanan televisi berbayar di Indonesia dapat dibedakan dalam dua golongan, yakni menggunakan kabel (TV kabel atau cable operator) dan tanpa kabel. Operator-operator seperti First Media dan IndosatM2 (IM2) masuk dalam kategori cable operator, sementara IndoVision dan Aora TV menggunakan teknologi tanpa kabel. Satu operator, yakni Telkomvision, menggunakan dua teknologi tersebut.

Operator yang tidak menggunakan kabel ini sering disebut sebagai TV satelit, karena mengantarkan siaran kanal-kanal televisi langsung dari satelit (direct broadcast satellite/DBS atau direct-tohome signals/DTH) ke antena penerima berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelanggan.

Berbeda
Meski sama-sama memakai DBS, operator TV satelit di Indonesia menggunakan satelit yang berbeda-beda sehingga memiliki jangkauan frekuensi berbeda dengan karakter masing-masing.

Menurut Rahadi Arsyad, Direktur Utama PT Indonusa Telemedia yang mengoperasikan Telkomvision, pihaknya menggunakan satelit yang beroperasi di zona C-Band. “Zone C-Band sama dengan zona frekuensi yang dipakai TV gratis. Dengan menggunakan alat tambahan berupa dekoder, jangkauan Telkomvision bisa menjangkau daerah terpencil di seluruh Indonesia selama ada listrik atau genset,” papar Rahadi.

Sementara Arya Mahendra Sinulingga, General Manager Corporate Secretary PT MNC Skyvision, menjelaskan, Indovision sejak 1997 sudah menggunakan satelit Indostar-1 (juga dikenal dengan nama Cakrawarta-1) yang beroperasi di zona S-Band. Menurut Arya, satelit S-Band berada paling dekat dengan permukaan bumi sehingga kekuatan sinyalnya lebih baik dibanding satelit C-Band atau Q-Band, dan lebih tahan terhadap perubahan cuaca di atmosfer.

“April tahun ini kami akan meluncurkan satelit Indostar-2 yang memiliki 10 transponder sehingga kami akan memiliki kapasitas hingga 130 kanal,” papar Ari.

Hibrida
Sementara para operator TV kabel di Indonesia rata-rata sudah menggunakan teknologi hybrid fiber-coaxial (HFC). Secara sederhana, teknologi ini menggabungkan dua tipe kabel, yakni kabel serat optik dan kabel metal biasa. “Kabel serat optik membawa sinyal dari stasiun pusat hingga ke stasiun-stasiun penghubung atau hub, kemudian dari situ sinyal disalurkan ke rumah-rumah menggunakan kabel coaxial biasa,” papar Marcelus Ardiwinata, Kepala DCS (Data Center Services) Departement PT First Media Tbk.

Menurut Marcelus, teknologi kabel memiliki kelebihan pada kapasitas pengantaran data yang sangat besar. Teknologi HFC ini memiliki kapasitas yang setara dengan lebar pita (bandwidth) frekuensi 750 megahertz hingga 1 gigahertz. “Bandingkan dengan teknologi nirkabel 4G terbaru yang hanya 15 megahertz,” ungkapnya.

Saat ini, lanjut Mercelus, dengan dipakai untuk layanan TV kabel lebih dari 150 kanal dan koneksi internet hingga 3.000 kbps, kapasitas infrastruktur First Media tersebut baru terpakai separuhnya. “Jadi, jika kami mau menambah hingga 100 kanal lagi pun tak perlu mengubah infrastruktur. Beda dengan TV satelit yang kapasitasnya terbatas dan harus menambah satelit saat ingin menambah kapasitas,” tuturnya.

Teknologi kabel juga tidak terpengaruh kondisi cuaca. Tentu saja, teknologi kabel terbatas daya jangkaunya. Sementara teknologi satelit bisa diakses dimana saja. (DHF/IVV/IND/BSW)

0 komentar: