EBITDA operator masih di atas 60%
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyatakan sektor telekomunikasi di Indonesia sudah akan memasuki tahapan berikutnya, yaitu fase kualitas pada 2010.
Oleh Roni Yunianto
Jakarta, Bisnis Indonesia – Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyatakan sektor telekomunikasi di Indonesia sudah akan memasuki tahapan berikutnya, yaitu fase kualitas pada 2010.
Tahapan itu menjadi tahapan berikutnya pasca keberhasilan Indonesia menduduki posisi tarif telekomunikasi termuah di Asia versi DeutcheBank.
Nuh menuturkan dunia telekomunikasi Indonesia sudah harus memasuki tahapan kualitas atau fondasi terakhir dari tiga fondasi yang dicanangkan pemerintah yaitu perluasan cakupan, keterjangkauan dan kualitas.
“Karena itu tahun ini kami akan tekankan fondasi yang ke-3 ini karena pada 2010 para operator sudah masuk ke tahapan customized service,” ujarnya baru-baru ini.
Dia mengatakan pada 2010, kalangan operator termasuk pelaku usaha di bidang teknologi informasi dan komunikasi diharapkan sudah dapat memberikan layanan spesifik kepada masyarakat.
“Tahun depan, semakin banyak privasi yang bisa dipenuhi. Kami optimistis, customized service akan menjadi mesin yang menggerakkan transformasi ke fase berikutnya yaitu konektivitas yang akan membantu perkembangan inovasi kolaboratif.”
Mreza Fachys, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Sleuler Indonesia, menilai sah-sah saja upaya pemerintah mengatur penurunan tarif di satu sisi dan disisi lainnya mengatur kualitas layanan prima lengkap dengan sanksi denda bagi operator.
“Kami kira ini akan diikuti atruan atau Kepmen untuk parameter standar kualitas dan cara menghitung kandungan komponen lokal yang jika tidak dipenuhi dikenakan sanksi denda,” ujarnya kepada Bisnis.
Saat ini lima operator seluler di jaringan global system for mobile communication (GSM) dan enam operator di jaringan code division multiple access (CDMA) mulai besaing ketat dalam layanan Internet mobile atau data.
Merza mengatakan pasar layanan data tengah menggeliat dan lonjakannya pesat kerena didorong aplikasi yang berkembang. “Di data, operator hanya sekadar menyediakan ‘jalan tol’ untuk memnuhi permintaan yang akan meningkat sesuai kapasitas kecepatan dan bandwidth.”
Operator GSM saat ini masih dalam proses mengajukan penawaran tambahan spektrum 3G. Adapun operator CDMA mengalami keterbatasan spektrum.
EBITDA di atas 60%
Nuh mengutip data dari laporan DeutcheBank yang menyatakan tarif telekomunikasi di Indonesia menduduki posisi tarif termurah di wilayah Asia jauh dibandingkan dengan 2005 yang dinilai masih mahal. Tarif tersebut telah turun dari US$0,5/menit menjadi US$0,015/menit.
“Menariknya, laba sebelum pajak pendapatan dan amortisasi utang [EBITDA] masih diatas 60% itu luar biasa. Di perusahaan apa saja, EBITDA diatas 30% sudah termasuk tinggi, padahal ini baru masuk fase keterjangkauan,” tegasnya. (roni.yunianto@bisnis.co.id)
Nuh menuturkan dunia telekomunikasi Indonesia sudah harus memasuki tahapan kualitas atau fondasi terakhir dari tiga fondasi yang dicanangkan pemerintah yaitu perluasan cakupan, keterjangkauan dan kualitas.
“Karena itu tahun ini kami akan tekankan fondasi yang ke-3 ini karena pada 2010 para operator sudah masuk ke tahapan customized service,” ujarnya baru-baru ini.
Dia mengatakan pada 2010, kalangan operator termasuk pelaku usaha di bidang teknologi informasi dan komunikasi diharapkan sudah dapat memberikan layanan spesifik kepada masyarakat.
“Tahun depan, semakin banyak privasi yang bisa dipenuhi. Kami optimistis, customized service akan menjadi mesin yang menggerakkan transformasi ke fase berikutnya yaitu konektivitas yang akan membantu perkembangan inovasi kolaboratif.”
Mreza Fachys, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Sleuler Indonesia, menilai sah-sah saja upaya pemerintah mengatur penurunan tarif di satu sisi dan disisi lainnya mengatur kualitas layanan prima lengkap dengan sanksi denda bagi operator.
“Kami kira ini akan diikuti atruan atau Kepmen untuk parameter standar kualitas dan cara menghitung kandungan komponen lokal yang jika tidak dipenuhi dikenakan sanksi denda,” ujarnya kepada Bisnis.
Saat ini lima operator seluler di jaringan global system for mobile communication (GSM) dan enam operator di jaringan code division multiple access (CDMA) mulai besaing ketat dalam layanan Internet mobile atau data.
Merza mengatakan pasar layanan data tengah menggeliat dan lonjakannya pesat kerena didorong aplikasi yang berkembang. “Di data, operator hanya sekadar menyediakan ‘jalan tol’ untuk memnuhi permintaan yang akan meningkat sesuai kapasitas kecepatan dan bandwidth.”
Operator GSM saat ini masih dalam proses mengajukan penawaran tambahan spektrum 3G. Adapun operator CDMA mengalami keterbatasan spektrum.
EBITDA di atas 60%
Nuh mengutip data dari laporan DeutcheBank yang menyatakan tarif telekomunikasi di Indonesia menduduki posisi tarif termurah di wilayah Asia jauh dibandingkan dengan 2005 yang dinilai masih mahal. Tarif tersebut telah turun dari US$0,5/menit menjadi US$0,015/menit.
“Menariknya, laba sebelum pajak pendapatan dan amortisasi utang [EBITDA] masih diatas 60% itu luar biasa. Di perusahaan apa saja, EBITDA diatas 30% sudah termasuk tinggi, padahal ini baru masuk fase keterjangkauan,” tegasnya. (roni.yunianto@bisnis.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar