Pencarian mitra strategis & rights issue tetap dilaksanakan
Oleh Sylviana Pravita R.K.N & Wisnu Wijaya
Jakarta, Bisnis Indonesia – Porsi saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) milik pemodal publik diperkirakan berkurang 15,95% setelah operator telepon itu melaksanakan penerbitan saham baru (rights issue).
Dalam materi rapat informal antar Mobile-8 dan pemegang obligasi yang dilaksanakan pertengahan Desember tahun lalu disebutkan operator yang berbasis code division multiple access itu memberikan gambaran mengenai jumlah saham baru yang akan diterbitkan. Langkah tersebut terkait dengan restrukturisasi utang obligasi Rp 675 miliar dan US$100 juta melalui konversi dengan asumsi harga Rp110 per saham.
Jika konversi obiligasi menjadi saham itu disetujui oleh pemegang obligasi, Mobile-8 akan menerbitkan 38% saham baru, sehingga total saham yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan itu membengkak menjadi 32,64 miliar dari saat posisi per 30 November 2008 sebesar 20.24 miliar saham.
Setelah kedua obligasi itu direstrukturisasi, kepemilikan saham publik di Mobile-8 menjadi 26,04% dari 41,99%. Kepemilikan Jeras Invesment Ltd dan PT Global Mediacom Tbk juga tergerus menjadi 19,84% dan 11,78% dari 32% dan 19% saham.
Presiden Direktur Mobile-8 Wityasmoro Sih Handayanto saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia pada 12 Februari 2009 menambahkan perseroan berencana melaksanakan aksi korporasi itu sejak pertengahan tahun lalu.
“Kami juga melaksanakan audit laporan keuangan per Juni 2008 yang semula untuk melaksanakan rights issue,” tuturnya.
Melalui rights issue, ujarnya, pemodal baru bisa masuk Mobile-8. Pada waktu itu ada calon investor dari Timur Tengah yang sedang uji tuntas. “Gara-gara krisis global, rencana itu ditunda karena mereka fokus pada saham di AS yang harganya murah,” kata Wityasmoro.
Hingga kini, ujarnya, Mobile-8 masih melanjutkan proses itu. Namun, dia belum bisa memastikan nilai rights issue karena bergantung pada nilai final restrukturisasi obligasi. “Kami memperkirakan rights issue bisa dilaksanakan pada semester II,” tuturnya.
Sekretaris Perusahaan Mobile-8 Chris Taufik menambahkan penyedia jasa telepon Fren dan Hepi itu siap menghadapi pelaksanaan rapat umum pemegang obligasi (RUPO) terkait dengan belum dipenuhinya kewajiban penambahan nilai jaminan.
“Meski 16 Februari 2009 [hari ini] merupakan batas waktu penambahan kolateral, tapi kami tetap mengusulkan adanya penggabungan penambahan kolateral dalam satu paket restrukturisasi.”
Namun, lanjutnya, hingga akhir pekan lalu manajemen perseroan belum melihat adanya persiapan pemegang obligasi akan menggelar rapat umum pemegang obligasi.
Pada penutupan perdagangan 13 Februari 2009, harga saham emiten berkode FREN stagnan dibanding dengan penutupan perdagangan 12 Februari 2009, yaitu Rp 50.
Oleh Sylviana Pravita R.K.N & Wisnu Wijaya
Jakarta, Bisnis Indonesia – Porsi saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) milik pemodal publik diperkirakan berkurang 15,95% setelah operator telepon itu melaksanakan penerbitan saham baru (rights issue).
Dalam materi rapat informal antar Mobile-8 dan pemegang obligasi yang dilaksanakan pertengahan Desember tahun lalu disebutkan operator yang berbasis code division multiple access itu memberikan gambaran mengenai jumlah saham baru yang akan diterbitkan. Langkah tersebut terkait dengan restrukturisasi utang obligasi Rp 675 miliar dan US$100 juta melalui konversi dengan asumsi harga Rp110 per saham.
Jika konversi obiligasi menjadi saham itu disetujui oleh pemegang obligasi, Mobile-8 akan menerbitkan 38% saham baru, sehingga total saham yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan itu membengkak menjadi 32,64 miliar dari saat posisi per 30 November 2008 sebesar 20.24 miliar saham.
Setelah kedua obligasi itu direstrukturisasi, kepemilikan saham publik di Mobile-8 menjadi 26,04% dari 41,99%. Kepemilikan Jeras Invesment Ltd dan PT Global Mediacom Tbk juga tergerus menjadi 19,84% dan 11,78% dari 32% dan 19% saham.
Presiden Direktur Mobile-8 Wityasmoro Sih Handayanto saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia pada 12 Februari 2009 menambahkan perseroan berencana melaksanakan aksi korporasi itu sejak pertengahan tahun lalu.
“Kami juga melaksanakan audit laporan keuangan per Juni 2008 yang semula untuk melaksanakan rights issue,” tuturnya.
Melalui rights issue, ujarnya, pemodal baru bisa masuk Mobile-8. Pada waktu itu ada calon investor dari Timur Tengah yang sedang uji tuntas. “Gara-gara krisis global, rencana itu ditunda karena mereka fokus pada saham di AS yang harganya murah,” kata Wityasmoro.
Hingga kini, ujarnya, Mobile-8 masih melanjutkan proses itu. Namun, dia belum bisa memastikan nilai rights issue karena bergantung pada nilai final restrukturisasi obligasi. “Kami memperkirakan rights issue bisa dilaksanakan pada semester II,” tuturnya.
Sekretaris Perusahaan Mobile-8 Chris Taufik menambahkan penyedia jasa telepon Fren dan Hepi itu siap menghadapi pelaksanaan rapat umum pemegang obligasi (RUPO) terkait dengan belum dipenuhinya kewajiban penambahan nilai jaminan.
“Meski 16 Februari 2009 [hari ini] merupakan batas waktu penambahan kolateral, tapi kami tetap mengusulkan adanya penggabungan penambahan kolateral dalam satu paket restrukturisasi.”
Namun, lanjutnya, hingga akhir pekan lalu manajemen perseroan belum melihat adanya persiapan pemegang obligasi akan menggelar rapat umum pemegang obligasi.
Pada penutupan perdagangan 13 Februari 2009, harga saham emiten berkode FREN stagnan dibanding dengan penutupan perdagangan 12 Februari 2009, yaitu Rp 50.
0 komentar:
Posting Komentar