01 Mei 2009 Kompetisi Sudah Mulai Terlihat di SLI

Oleh Arif Pitoyo
Wartawan Bisnis Indonesia


Selama periode 2004-2007, hanya terdapat dua operator yang menyelenggarakan layanan SLI, yaitu Indosat dan Telkom. Telkom secara resmi mendapatkan lisensi komersial SLI pada 13 Mei 2004 dengan kode akses 007 dan tertuang dalam Kepmenhub No. 162/2004.

Dengan adanya Kepmenhub tersebut, hak monopoli SLI yang dipegang Indosat sebelumnya melalui kode akses 001 dan 008 berakhir.

Bisnis telepon internasional, meski pasarnya terus digerogoti oleh layanan voice over internet protocol (VoIP) dan berbagai layanan percakapan instant messaging, nyatanya masih diminati oleh operator telekomunikasi karena volume trafik yang tercatat oleh Telkom dan Indosat masih cukup signifikan.

Indosat bahkan sangat mengandalkan pemasukan dari layanan SLI untuk segmen telepon tetap, meski pangsa pasarnya terus turun karena infrastruktur Telkom yang lebih luas.

Layanan SLI ternyata memang masih menjadi potensi pundi cukup menggiurkan. Hal ini tampak dari trafik atau lalu lintas telepon SLI yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2008, misalnya, trafik SLI mendekati 3 miliar menit

Sedangkan pada 2006 tercatat 2 miliar menit, dan pada 2005 sebesar 1,87 miliar menit.

Sebaliknya, Sekjen Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiadi mengatakan bisnis SLI saat ini sudah mandek. Menurut dia, penurunan bisnis layanan telekomunikasi internasional sudah mencapai 30%.

Penurunan tersebut diakibatkan masih banyaknya pemain VoIP sehingga bisa menjadi SLI killer.
Otomatis, persaingan di segmen SLI dalam 3 tahun terakhir hanya dimiliki oleh dua operator itu saja.

Kompetisi pada layanan SLI, bila hanya disediakan dua operator saja akan kurang sehat, sehingga perlu adanya pemain baru untuk merangsang seluruh operator membangun jaringannya.

Kehadiran PT Bakrie Telecom Tbk sedikit banyak memberikan nuansa yang sangat signifikan pada peta persaingan bisnis SLI. Btel dipastikan memenangkan tender SLI pada 2007.

Pada saat itu (2007), Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar mengungkapkan pemerintah hanya akan memberikan satu lisensi lagi untuk SLI, mengacu pada negara lainnya yang umumnya memiliki tiga operator SLI.

Tender SLI
Anak perusahaan Grup Bakrie itu menyisihkan dua peserta seleksi, yaitu PT Excelcomindo Pratama Tbk dan PT Natrindo Telepon Seluler. Penetapan pemenang itu tertuang dalam Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 415/KEP/M.Kominfo/9/2007.

Namun, belum juga Bakrie Telecom memberikan layanannya kepada masyarakat, pemerintah sudah mencanangkan tender kembali untuk memilih satu operator SLI baru.

Penurunan bisnis layanan telepon internasional yang menurut Wigrantoro sudah mencapai 30% diprediksi makin turun pascaperolehan lisensi SLI Bakrie Telecom, apalagi jika pemerintah berniat menambah lagi satu atau lebih operator SLI baru.

Wigrantoro menilai tender untuk memilih 1 operator lagi tidak lebih sebagai legitimasi pemberian lisensi kepada pemohon yang hanya satu operator.

Sementara itu, Ketua lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi Kamilov Sagala mengatakan jumlah operator yang ideal memang sangat bergantung kepada pemenuhan kebutuhan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat terkait dengan kualitas layanan dan tarif murah.

Untuk kedua hal tersebut, tiga operator itu belum membuktikannya karena kompetisi baru saja dimulai sejak Btel merilis layanan SLI komersial 15 April.

Pemerintah perlu melihat terlebih dahulu kompetisi yang akan terjadi setelah diberikannya izin operasional kepada Bakrie Telecom dan tidak hanya mengobral lisensi saja, seperti yang dilakukan di segmen seluler dan telepon jaringan tetap lokal. (arif.pitoyo@bisnis.co.id)

0 komentar: