27 Juli 2009 Hari Ini, 8 Pemenang Tender BWA Disahkan

Oleh Encep Saepudin

Jakarta, Investor Daily – Hari ini, kontrak bagi pemenang tender lisensi broadband wireless access (BWA) ditandatangani. Pemerintah menyatakan, tender BWA berlangsung transparan dan fair, meski tak sedikit yang tak menyangka harga lisensi itu bisa melambung sembilan kali lipat dari harga dasar yang ditetapkan pemerintah.

Menkominfo Muhammad Nuh mengatakan, meski harga lisensi BWA melambung hingga sembilan kali lipat, ia tetap optimistis para penyelenggara internet berkecepatan tinggi (BWA) itu bisa menghadirkan layanan internet dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

“Kalau Anda perhatikan, ada selisih harga yang signifikan antara peringkat pertama dan peringkat kedua. Jadi, kemungkinan kongkalikong sangat kecit,” kata Muhammad Nuh di Jakarta, Jumat (24/7).

Dalam tender BWA yang diputuskan pada 16 Juli lalu, ada 30 lisensi BWA yang akan ditandatangan hari ini, Senin (27/7). Tiga puluh pemenang tender itu tak lain adalah delapan perusahaan, yakni PT Berca Hardaya Perkasa (14 lisensi), PT Telekomunikasi Indonesia (5), Konsorsium Wimax Indonesia (5), Konsorsium PT Comtronics Systems dan PT Adiwarta Perdania (3), PT First Media (2), PT Internux (1), PT Indosat Mega Media (1), dan PT Jasnita Telekomindo (1).

Kedelapan perusahaan itu berani menawar tinggi harga lisensi BWA. Pemerintah memang menentukan pemenang tender hanya semata-mata dari harga penawaran tertinggi, dan bebas dari unsur kongkalikong, atau bahkan unsur politis yang dikaitkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.

“Pemerintah memberikan peluang sama antara pemain lama atau baru,” kata Nuh.

Pemerintah, kata Nuh, berkeyakinan, para pemenang tender BWA itu dapat menghadirkan layanan internet berkecepatan tinggi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Itu karena teknologi yang digunakan, Wimax, berdaya jangkau luas dan berkecepatan hingga 50 megabit per detik (Mbps).

Sedangkan Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo Gatot S Dewa Broto menambahkan, selama masa sanggah yang diberikan panitia lelang, hanya satu peserta lelang yang mengirimkan surat sanggahan atas hasil akhir lelang BWA tersebut. Pemerintah akan membalasnya bila ada hal-hal yang signifikan. Namun, keputusan yang telah diumumkan pada 16 Juli lalu tidak akan digugurkan.

Setelah penetapan pemenang pada Senin (27/7), Depkominfo akan memproses ijin prinsip yang akan berlaku untuk jangka waktu satu tahun. Uji laik operasi hingga memberikan ijin penyelenggara dengan menetapkan pita frekuensi kepada 30 pemenang lisensi BWA dibagi menjadi 15 zona.

Atas kegagalannya memperoleh frekuensi BWA, Direktur Bakrie Telecom Rakhmat Djunaidi mengakui keterkejutannya. Sungguh hasil itu di luar dugaannya karena peserta berani menwarkan harga sangat tinggi. “Kenyataannya, hasil lelang surprised sekali. Harganya tinggi sekali dari yang kami bayangkan,” kata dia.

Operator Esia itu, ujar Rachmat, tetap mengajukan penawaran hingga hari ketiga. Dalam hitung-hitungan secara cermat versi Bakrie Telecom tetap sekitar Rp30 miliar untuk seluruh zona. Harga itulah yang diserahkan Bakrie Telecom pada pemerintah melalui lelang secara online (e-auction) itu.

Perhitungan itu, menurut dia, tidak lepas dari keharusan operator BWA untuk membangun backbone dalam dan luar negeri. Pembangunan backbone itu membutuhkan biaya yang cukup besar.

Oleh karena itu, lanjut dia, dengan “kekalahan” itu, Bakrie Telecom akan fokus pada layanan suara. Saat ini, porsi layanan suara dan SMS masih mendominasi lebih dari 95%. Sedangkan pelanggan data saat ini masih di bawah 5%. Meski begitu, operator Esia dan Wimode ini tetap berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan datanya. Untuk itu, beberapa infrastruktur yang sudah tersedia, seperti SLI, SLJJ, Esia, dan Wimode, akan diberdayakan sebesar mungkin.

“Ini dulu yang akan kami maksimalkan, meski sebagian besar porsinya kami pakai untuk suara,” kata dia.

Sedangkan Direktur Utama Indosat Johnny Swandi Sjam mengatakan, PT Indosat Mega Media (IM2), anak perusahan PT Indosat Tbk, yang mendapat satu lisensi BWA, akan memanfaatkan frekuensi ini untuk memperluas dan mengembangkan wireless broadband di seluruh Indonesia. Lisensi ini akan melengkapi berbagai teknologi yang telah diterapkan IM2.

Johnny mengatakan, dengan menggabungkan frekuensi BWA yang baru dan layanan 3G nasional yang sudah ada, IM2 dan Indosat akan melayani pelanggan dengan layanan wireless broadband berkecepatan tinggi berkelas dunia. Frekuensi BWA 2,3 GHz juga akan mendukung percepatan prenetrasi broadband di Indonesia. Pencapaian tersebut akan dipetik dari pengalaman Group Qtel dalam menyediakan layanan BWA di sebagian Asia dan Timur Tengah. (c135)

0 komentar: