15 Juli 2009 SERTIFIKASI BLACKBERRY TETAP DIBEKUKAN

Dubes Kanada Datang, Dirjen Postel Bergeming

Oleh Encep Saepudin
Investor Daily

Jakarta – Duta Besar Kanada untuk Indonesia John Holmes mendatangi kantor Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo). Ini berkaitan dengan pembekuan sertifikasi produk BlackBerry mulai 16 Juli 2009. namun, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar bergeming.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan, kedatangan Dubes Kanada untuk Indonesia dan surat Research In Motion (RIM), produsen BlackBerry yang bermarkas di Kanada, itu tak mengubah keputusan Ditjen Postel untuk membekukan sertifikasi produk BlackBerry.

Bahkan, lanjut Gatot, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar selaku ketua Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengeluarkan tiga poin keputusan yang berkaitan dengan pembukaan pusat layanan purnajual (service centre) BlackBerry di Tanah Air.

“Keputusan ini hasil rapat BRTI tadi sore (Selasa, 14/7). Rapat ini sebagai respons kami atas kedatangan Dubes Kanada dan surat dari RIM,” kata Gatot di Jakarta, Selasa (14/7).

Tiga keputusan itu, lanjut Gatot, pertama adalah pemerintah memahami surat balasan RIM pada Sabtu (11/7), yang intinya akan membuka kantor perwakilan di jakarta pada 21 Agustus 2009. RIM menamakan kantornya NAM Autorized After Services Center.

Untuk itu, lanjut Gatot, mereka harus membangun kantor perwakilan itu dengan kualitas standar kantor perwakilan di Singapura. Dengan begitu, kantor tersebut sekaligus menjadi pusat layanan purnajual yang sanggup memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi, tanpa harus mengirimnya ke negara terdekat, Singapura.

Kedua, lanjut Gatot, mengenai deadline bagi RIM mendirikan pusat layanan BlackBerry pada 16 Juli tetap berlaku. “Namun, pembekuan sertifikasi BlackBerry itu hanya berlaku sampai 21 Agustus,” kata Gatot.

Sedangkan poin ketiganya adalah untuk sertifikasi produk BalckBerry yang sudah beredar di Indonesia tetap bisa dilanjutkan setelah jatuh tempo pada Kamis (16/7) ini.

Rapat BRTI kemarin sore yang menghasilkan tiga poin keputusan itu, menurut Gatot, bukan respons terhadap kedatangan Dubes Kanada untuk Indonesia. “Justru kami melihat, di sinilah diperoleh pelajaran mengenai kesungguhan Pemerintah Kanada yang tanggap terhadap masalah yang dihadapi pengusahanya di RI, “ kata Gatot.

Gatot menjelaskan, melalui suratnya kepada Ditjen Postel Depkominfo, RIM menyebutkan secara detail mengenai rencana pendirian pusat layanan BlackBerry di Indonesia. Mulai dari proses persiapan, pembangunan, hingga pembukaan percobaan yang akan dilakukan pada 21 Agustus 2009. RIM menamakan pusat layanannya itu NAM Autorized After Service Center. Sukses pembukaan ini akan dilanjutkan pembukaan dua kantor lagi pada Oktober 2009.

“Sebenarnya Ditjen Postel tidak pernah menyebutkan jumlah kantor. Inti dari regulasi ini adalah pada kesungguhan RIM untuk membuka after sales services center. Kalau jumlahnya terserah mereka,” kata Gatot.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Importir Telepon Genggam (Aspiteg) Nadham Yusuf Optimistis, RIM akan kooperatif dengan regulasi yang diterbitkan di Indonesia. Soalnya, Indonesia merupakan pasar potensial bagi produknya, dan jangan sampai impornya terhalang hanya karena persoalan kantor perwakilan atau pusat layanan purnajual.

“Bagi saya tidak mungkin peluang ini dilewatkan RIM begitu saja. Saya sangat optimistis RIM punya niat untuk mengikuti regulasi kita,” kata dia. Sedangkan, mengenai kebijakan pembekuan sertifikasi BlackBerry, menurut dia, tidak akan berpengaruh pada impor dan rencana impornya. Impor perlu proses panjang.

Selama proses impor berlangsung, mungkin sudah terjadi perubahan kebijakan dari RIM maupun Pemerintah Indonesia. Dengan begitu, Nadham berkeyakinan tidak akan terjadi stagnasi pengiriman BlackBerry ke Indonesia. “Penjualan tetap berlangsung. Produk BlackBerry yang tidak disertifikasi adalah produk baru, namun produk yang lama sudah bisa masuk pasaran,” kata dia.

Meski berhasil memasarkan BlackBerry, Nadham mengakui, vendor RIM belum mengubah kebijakannya untuk tetap menunjuk operator seluler sebagai agen resmi. Padahal, kata dia, sebagian besar Blackberry yang dimiliki pelanggan berasal dari pasar (bukan operator). Hal ini sudah disampaikan kepada RIM.

“Pertemuan dengan RIM baru sekali. Sepertinya, mereka merespons aspirasi kami untuk diakui sebagai importir BlackBerry, selain operator,” kata dia.

0 komentar: