07 Juli 2009 Telekomunikasi Primadona bagi Investor Asing

“Market-nya besar”

Jakarta, Koran Tempo – Sektor telekomunikasi menjadi primadona bagi investor asing. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPK) M. Lutfi mengatakan sektor itu menempati posisi teratas penanaman modal asing semester pertama tahun ini, yakni US$1,2 miliar.

“Paling tinggi telekomunikasi,” kata Lutfi di Menara Kadin seusai pertemuan BKPM dengan anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia kemarin. Belanda saja, kata dia, mengeluarkan biaya investasi sebesar US$1 miliar di sektor telekomunikasi.

Larisnya investasi di sektor telekomunikasi, Lutfi menjelaskan, karena pangsa pasar Indonesia yang besar. Selain itu, investor menilai investasi di sektor telekomunikasi di Indonesia cukup menjanjikan. “Market-nya besar,” kata Lutfi.

Dalam kurun lima tahun, dia melanjutkan, total jumlah investasi di sektor ini telah mencapai US$ 12 miliar. Lutfi menuturkan, lima tahun yang lalu, perusahaan yang bergerak di sektor telekomunikasi di Indonesia hanya tiga, yaitu Satelindo, Telkomsel, dan Excelcomindo. Kini telah ada beberapa nama baru yang bergerak di sektor sama, seperti Mobile-8, Esia, Three, dan Axis. “Investor menilai ini menjanjikan,” ujar Lutfi.

Pernyataan Lutfi itu diperkuat oleh data Departemen Perindustrian yang mencatat pertumbuhan industri telematika mengalami pertumbuhan 10,26 persen pada 2008. Nilai produksi industri ini sebesar Rp 51,85 triliun pada 2008, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp45,73 triliun. Dari sisi ekspor, pada 2008 nilainya sebesar US$3,22 miliar, naik dibanding pada 2007 yang sebesar US$ 3,010 miliar.

Saham-saham operator telekomunikasi juga menjadi unggulan. Pekan lalu (26 Juni 2009 sampai 3 Juli 2009) saham PT Telekomunikasi Indonesia tercatat Rp8.600 per saham, PT Indosat Rp5.500 per saham, dan Excelcomindo Pratama Rp1.300 per saham. Sedangkan saham PT Mobile-8 Telecom (Fren) Rp50 per saham, dan PT Bakrie Telecom (BTEL) Rp128 per saham.

Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian Budi Darmadi kemarin menjelaskan, sejumlah investor telepon seluler berminat menanamkan invesatsi di Indonesia. Yu Won, perusahaan asal Korea, akan menanamkan investasi sebesar US$10 juta untuk pabrik telepon seluler CDMA di Banten. Perusahaan itu akan meluncurkan telepon seluler dengan merek YUCOM.

Sementara itu, PT Samsung Electronic Indonesia berencana menambah investasi dengan membangun pabrik telepon seluler dan perekam video senilai US$100 juta. Perusahaan ini berencana merealisasi investasinya tahun ini. Namun, Budi mengaku belum mengetahui rencana lokasi pabrik tersebut.

Berdasarkan data BKPM, sektor lainnya yang teratas dalam penanaman modal asing antara lain industri farmasi, industri kimia, industri konstruksi, layanan, serta industri logam dan elektronika. Sedangkan untuk penanaman modal dalam negeri, yang terlaris adalah sektor industri kimia, makanan, tekstil, pertambangan, dan perkebunan.

Adapun investor yang mengeluarkan investasi terbesar adalah Belanda, sebesar US$ 1,1 miliar. Negara kedua terbesar adalah Singapura, sebesar US$793 juta, sedangkan Korea Selatan US$471 juta.
NIEKE INDRIETTA, KUSNANDAR

0 komentar: