13 November 2009 Indonesia masih memerlukan HSPA+

Investor operator 3G di Indonesia terlalu tinggi

Oleh Fita Indah Maulani
Bisnis Indonesia

Jakarta (12/11/2009): Indoonesia dinilai tetap memerlukan teknologi baru HSPA+ (high speed packet access plus), meskipun dalam kurun waktu 2-3 tahun mendatang teknologi LTE (Long Term Evolutin) sudah hadir di pasar.

Jaikishan Rajaraman, Senior Director of Services GSM Association (GSMA), mengatakan Indonesia tetap harus melakukan pembaruan teknologi saat ini, jangan menunggu suatu teknologi yang belum dipastikan dan masih belum menjangkau nilai ke ekonomian.

“Harga peranti lunak atau modul HSPA juga terus mengalami penurunan didorong oleh tingginya permintaan pasar dunia dan banayaknya vendor penyedia. Dalam 18 bulan ke depan bisa turun hingga US$35 per modul dari sekarang sekitar US$70 per modul,” ujarnya, kemarin.

Operator seluler 3G di Indonesia dinilai oleh asosiasi GSMA tidak perlu mengerluarkan investasi yang terlalu mahal saat meningkatkan kecepatan akses jaringannya menjadi 21 Mbps dengan teknologi HSPA+,

Jaikishan mengatakn operator tersebut seharusnya masih bisa menggunakan vendor jaringan 3G sebelumnya untuk meningkatkan (up grade) kapasitas jaringan.

Upgrade 3G ke HSPA+ tanpa swap (mengganti) vendor pun tidak masalah karena alat untuk HSPA+ sudah ada di Node B. Operator hanya perlu membayar lisensi untuk kemudian diinstal software-nya.”

Operator 3G di Indonesia yang sudah siap untuk mengimplementasikan HSPA+ adalah Telkomsel dan Indosat. Telkomsel mengalokasikan belanja modal Rp1,3 triliun untuk mengupgrade HSPA+ dengan perangkat Huawei, adapun Indosat belum mengeluarkan angka investasinya karena baru sebatas menguji coba perangkat milik Ericsson.

Swap vendor
Rajaraman menilai bahwa investasi yang dikeluarkan Telkomsel untuk HSPA+ seharusnya tak semahal itu jika tidak melakukan swap vendor.

VP Channel Managment Telkomsel Gideon Eddi Purnomo mengungkapkan pihaknya tak hanya akan menggunakan satu vendor untuk menggelar HSPA+ di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Chief Marketing Office Indosat Guntur S. Siboro menegaskan investasi yang dikeluarkan pihaknya untuk HSPA+ tak akan menghabiskan biaya triliunan rupiah sebab, HSPA+ dinilai hanya sebagai fitur tambahan.

Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengungkapkan penerapan HSPA+ adalah bagian dari evolusi jaringan perseroan untuk menyelenggarakan mobile broadband karena pada tahun depan teknologi Long Term Evolution (LTE) mulai diujicobakan.

Direktur Bidang ICT Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Informasi (LPPMI) Ventura Elisawati mengungkapkan operator tidak ada gunanya berinvestasi di teknologi yang sifatnya serba tanggung layaknya HSPA+.

“HSPA+ itu hanya fitur tambahan dari vendor jaringan. Dulu ketika digembar-gemborkan HSDPA tidak ada dampaknya dirasakan bagi pelanggan.
(ARIF PITOYO) (fita.indah@bisnis.co.id)

0 komentar: