12 Desember 2009 ‘Menara bersama belum pacu industri lokal’

Oleh Muhammad Sufyan
Bisnis Indonesia

Bandung (10/12/2009): Peraturan menara bersama di sejumlah daerah dinilai belum memengaruhi kapasitas produksi industri infrastruktur seluler dalam negeri.

Bambang Suprapto, Direktur Marketing PT Telehouse Engineering, mengungkapkan munculnya perda menara bersama di sejumlah kota/kabupaten memang sempat menurunkan permintaan pada awal implementasi aturan.

Bahkan, pihaknya sempat mengalami penurunan permintaan hingga 30% dari operator. Akan tetapi, seiring dengan temuan aneka problem di lapangan, permintaan kembali datang dengan sendirinya.

“Bagaimanapun, setiap BTS [base transceiver station] itu ada kekhasannya masing-masing. Ada konfigurasi teknis tertentu yang harus diakomodasi disesuaikan dengan kondisi lapangan, sehingga tidak bisa dipukul rata,” katanya Senin.

PT Telehouse Engineering merupakan perusahaan swasta produsen perangkat telekomuniaksi asal Bandung, yang berdiri sejak 2003, dengan spesialisasi bidang manufaktur menara telekomunikasi.

Setiap bulannya, pabrikan tersebut bisa memproduksi hingga 30 menara telekomunikasi (baik statis maupun bergerak) atau 360 unit setiap tahunnya. Hingga kini, mereka telah menjual sedikitnya 568 mobile BTS di Indonesia.

Bambang mengungkapkan pihaknya tetap memperoleh pesanan karena kadangkala realisasi menara bersama tidak sesuai dengan harapan. Misalnya, masih ada penolakan warga atau transmisi sinyal tidak merata.

Dalam kondisi tertentu, kadangkala juga terjadi situasi tidak terduga seperti bencana alam yang merusak infrastruktur ataupun terjadi kecelakaan kerja, karenanya, operator masih tetap memesan.

“Jadi, belum tentu dengan adanya menara bersama, maka semua problem selesai. Tetap ada yang tidak bisa diprediksi, sehingga operator masih memesan menara kepada kami, khususnya menara bergerak.”

Khairul Ummah, Peneliti Spesialis Bisnis Telecommunication, Management System dan IT Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, menilai implementasi menara bersama belum sepenuhnya efektif.

Colocation antara operator seluler yang sedang bersaing dan tidak satu perusahaan masih sangat timpang dengan operator yang satu induk perusahaan, misalnya TelkomFlexi dan Telkomsel yang telah memiliki 3.750 titik.

Padahal, kalau mengacu negara lain, misalnya Malaysia, empat operator yang tengah bersaing keran (TM Cellular, Maxis Mobile, Celcom, dan DiGi) sudah menggabungkan menaranya sejak 2001.

0 komentar: