08 Desember 2009 Telkom batal akuisisi Indonesiantower

Oleh Bambang P. Jatmiko
Bisnis Indonesia

Jakarta (07/12/2009): PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membatalkan rencana mengakuisisi 80% Indonesiantower lantaran tidak adanya kesepakatan di antara pembeli dan penjaul, yang dalam hal ini PT Solusindo Kreasi Pratama.

Sekretaris Perusahaan Telkom Agus Murdiyanto dalam keterangan resminya menuturkan syarat yang dibutuhkan dalam conditional agreement untuk kegiatan jual beli tidak terpenuhi lantaran Telkom dan pemegang saham Solusindo Kreasi Pratama tidak mencapai kata sepakat.

“Dengan tidak terpenuhinya kondisi persyaratan yang ditetapkan dalam conditional agreement, maka rencana akuisisi kepemilikan mayoritas di Indonesiantower tidak dilanjutkan,” ujarnya akhir pekan lalu.

Telkom rencanya membeli perusahaan penyedia menara base transceiver station (BTS) melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

Menurut Agus, batalnya rencana akuisisi tersebut tidak akan menggangu kinerja Mitratel dalam mengembangkan bisnis tower untuk telekomunikasi. Namun, dia tidak memberikan perincian yang menyebabkan rencana akuisisi itu batal.

Sementara itu, Direktur Telkom Indra Utoyo menuturkan ada beberapa klausul dalam perjanjian jual beli yang tidak bisa diterima Telkom maupun pihak Indonesiantower.

“Opsinya, dengan tidak adanya kesepakatan itu maka transaksi tidak bisa dilanjutkan. Namun kami tetap akan masuk ke bisnis menara,” ujar Indra.

Telkom menyatakan akan membeli 80% saham Indonesiantower pada Agustus lalu untuk memperkuat bisnis di bidang penyediaan jasa tower untuk telepon seluler.

Entitas baru
Jika akuisisi berhasil, Telkom akan memasukkan perusahaan menara yang akan diakuisisi itu menjadi entitas baru di BUMN telekomunikasi itu.

Tahun lalu, Indonesiantower memiliki menara sebanyak 1.816 unit. Sementara itu menara yang dimiliki Telkom bersama Telkomsel, mencapai lebih dari 14.000 unit di seluruh Indonesia.

Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah baru-baru ini mengungkapkan bisnis menara telekomunikasi pada masa depan akan sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah.

Berdasarkan catatan Bisnis, nilai transaksi perusahaan menara itu mencapai Rp600 miliar. Dalam akuisisi ini, Mitratel menunjuk Hongkong and Shanghai Bank sebagai financial advisor dan Melli Darsa & Co sebagai legal advisor.

Telkom akan mengalokasikan belanja modal sebesar US$2 miliar (atau sekitar Rp19 triliun) pada tahun depan untuk mengembangkan sektor bisnis seluler dan multimedia. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp13 triliun akan dialokasikan untuk anak usahanya, Telkomsel.

Salah satu sumber pendanaan akan diambil dari penerbitan obligasi sebesar US$200 juta atau sekitar Rp2 triliun.

Terkait dengan penerbitan obligasi, Telkom mengundang sejumlah sekuritas di antaranya PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas.

0 komentar: