24 Februari 2009 Bunga Pinjaman XL Membengkak

Manajemen diimbau lebih hati-hati dalam berutang


Oleh Sylviana Pravita R.K.N

Jakarta, Bisnis Indonesia – Beban bunga pinjaman PT Excelcominfd Pratama Tbk (XL) pada akhir 2008 membengkak 61,62% menjadi Rp1,12 triliun dibandingkan dengan pada akhir 2007 hanya senilai Rp694,38 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan Excelcomindo 2008 yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Haryanto Sahari & Rekan disebutkan akibat lonjakan beban bunga pinjaman tersebut, laba usaha operator seluler itu tergerus hingga membukukan rugi bersih Rp15,11 miliar.

Selain terbebani lonjakan bunga, Excelcomindo juga menderita rugi kurs Rp332,15 miliar pada 2008 dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp204,36 miliar.

Meski laporan keuangan itu tidak menjelaskan secara terperinci mengenai asal usul beban bunga, utang bank jangka panjang Excelcomindo pada 2008 melonjak 497,70% menjadi Rp15,34 triliun dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya hanya Rp2,57 triliun.
Dari utang jangka panjang itu, sebanyak Rp730,55 miliar jatuh tempo dalam 1 tahun.

Direktur Utama Excelcomindo Hasnul Suhaimi menjelaskan kerugian itu disebabkan kombinasi antara biaya insidental, provisi, dan juga perkembangan nilai tukar yang kurang menguntungkan yang terjadi menjelang akhir 2008.

Excelcomindo, katanya, membukukan pendapatan bersih 2008 sebesar RP9,76 triliun, tumbuh 51,16% dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya Rp6,46 triliun.

Pencapaian ini didorong oleh kenaikan total outgoing minutes 705% mencapai 54,9 miliar menit dan kenaikan jumlah pelanggan 68% menjadi total 26 juta pelanggan.

“Dengan menerapkan strategi peningkatan kualitas dengan harga yang bersaing, kami telah meraih sekitar 5% tambahan pangsa pasar pendapatan usaha,” ujarnya kemarin.

Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Excelcomindo naik 46% menjadi Rp5,15 triliun pada akhir 2008 dengan margin EBITDA stabil, yaitu 42%.

Pada 21 Januari 2008, perseroan menandatangani perjanjian fasilitas kredit dengan ABN AMRO Bank N.V sebesar US$50 juta. Fasilitas kredit akan jatuh tempo pada 22 Juli 2009. Fasilitas kredit ini ditujukan untuk pembayaran pinjaman dan modal kerja.

Pada 22 Januari 2008, perseroan melakukan penarikan atas fasilitas kredit dari Standard Chartered Bank Rp1 triliun menggunakan fasilitas bradging loan, yang merupakan bagian dari perjanjian kredit dengan Standard Chartered Bank. Pinjaman ini telah dilunasi pada 20 Juni 2008.

“Tanpa pengaruh kurs yang belum terealisasi dan incidental charges pada 2008, maka laba bersih Excelcomindo seharusnya bisa mencapai Rp348 miliar,” ujarnya.

Investasi Jaringan
Sepanjang 2008, Excelcomindo berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas jaringan, kapasitas perangkat keras, dan perangkat lunak untuk dapat menampung traffic lalu lintas telekomunikasi seluler.

Operator seluler itu menambah 5.572 base transceiver station (BTS) baru, sehingga pada akhir 2008 Excelcomindo memiliki 16.729 BTS, dengan belanja modal US$1,2 miliar.

Setelah merampungkan program perluasan jangkauan pada 2007 dengan menjangkau 90% dari populasi nasional, Excelcomindo tidak akan mengalokasikan dana belanja modal besar-besaran pada tahun ini.

“Dana belanja modal pada 2009 dialokasikan untuk program investasi secara lebih spesifik dan selektif karena itu dana yang akan dikeluarkan oleh perseroan untuk membayar belanja modal adalah US$600 juta –US$700 juta,” ujar Hasnul.

General Manager Corporate Communications Excelcomindo Pratama Myra Junor mengatakan meski perseroan batal menjual menara telekomunikasi, tetapi pada akhir 2008 Excelcomindo membukukan pendapatan penyewaan menara Rp277 miliar.

“Penjualan menara ini sewaktu-waktu bisa dibuka kembali bila ada penawaran yang menarik. Pak Hasnul menargetkan jumlah pelanggan naik menjadi 30 juta pada tahun ini dari 26 juta pada 2008 sedangkan pendapatan tahun ini diharapkan naik 20%,” tuturnya.

Analis saham PT Optima Securities Ikhsan Binarto mengatakan kerugian itu disebabkan adanya rugi kurs yang diluar dugaan manajemen. “Pada tahun ini diharapkan manajemen bisa lebih prudent,” tuturnya.

Excelcomindo adalah perusahaan telekomunikasi yang dimiliki oleh TM International Bhd melalui Indocel Holding Sdn Bhd (83,8%), Etisalat melalui Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) International Indoneisa Ltd. (16%), dan publik (0,2%). Sylviana.pravita@bisnis.co.id

0 komentar: