26 November 2009 Aplikasi lokal butuh inkubator

Hanya 10% peserta inkubator berhasil

Oleh Roni Yunianto
Bisnis Indonesia

Jakarta (23/11/2009): Aplikasi lokal dinilai sudah siap bersaing dalam mutu dan inovasi hanya sayangnya mereka masih mengalami hambatan ke pasar, sehingga dibutuhkan inkobator untuk memperkuat posisi tawar mereka.

Suhono Harso Supangkat, Guru Besar Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung (ITB), berpendapat karya pengembang lokal sudah inovatif, tetapi masih membutuhkan sentuhan untuk dapat bersaing di pasar.

“Ide-idenya sudah inovatif, namun karena dibuat masih berbentuk prototipe, sehingga masih perlu di-tune atau dikustomisasi agar memiliki nilai jual,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Menurut Suhono, pengembang tersebut masih membutuhkan peran inkubator untuk dapat sampai ke pasar yang menggabungkan kekuatan teknologi, pasar, dan konsep.

“Ini pun bukan jaminan, karena biasanya tidak semua yang bekerja sama dengan inkubator mulus ke pasar, umumnya yang berhasil [ke pasar] hanya 10%,” paparnya.

Menurut Suhono, tingkat keberhasilan itu berdasarkan pengalaman yang berlaku umum termasuk di dunia internasional. Namun demikian, hal itu sangat bergantung pada banyak faktor termasuk penerimaan pasar.

Dia mengatakan banyak pengembang mulai menjalin kerja sama denga pusat inkubator. “Inkubator ITB sendiri sudah menangani 20 tenant,” ujarnya.

Guntur S. Siboro, Chief Marketing Officer PT Indosat Tbk, menuturkan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang andal dalam menghasilakn karya aplikas software untuk telekomunikasi nirkabel atau konten digital seluler yang inovatif dan bermutu.

“Sangat inovatif, sayangnya pengembang karya-karya inovatif [sering kali] tidak mengetahui bagaimana meluncurkannya secara komersial ke pasar,” ujarnya baru-baru ini.

Kekuatan inovator lokal tersebut tersermin dari pelaksanaan kontes aplikasi di ajang Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) 2009.

Buka jaringan aliansi
Menurut Guntur, ajang IWIC 2009 menyediakan wadah sekaligus memberikan apresiasi dan mempromosikannya ke dunia internasional melalui jaringan aliansi seluler terbesar Asia, yaitu Conexus Mobile Alliance.

“Di Alainsi ini kami terlibat dalam pengembangan layanan mobile maupun peningkatan kerja sama jelajah internasional,” ujarnya.

Dalam IWIC 2009, bentuk dukungan Indosat selain member hadiah total ratusan juta rupiah juga diwujudkan dengan penyediaan dana riset Rp500 juta kepada pemenang penelitian dan pengembangan (litbang) teknologi nirkabel.

Suhono yang juga menjadi anggota dewan juri IWIC 2009 menilai karya inovasi peserta menunjukkan peningkatan mutu yaitu aplikasi memungkinkan sistem dapat bekerja lebih baik dan lebih detail.

IWIC 2009 menjaring 300 karya dimana 21 karya finalis menjadi pemenang dalam dua kategori yaitu kategori aplikasi bergerak nirkabel dan kategori litbang untuk teknologi nirkabel serta empat subkategori yang meliputi business & comerce, social networking, learning & education serta aplikasi berbasis Android.

Pemenang IWIC kali ini di antaranya diraih Sandy Marly Colondam dari Jakarta dengan aplikasi Cell Id Getter, yaitu fitur antarmuka protokol aplikasi yang menambahkan fitur layanan berbasis lokasi ke semua mobile web dengan integrasi yang mudah. Misalnya pengguna dapat mengetahui stasiun bus terdekat tanpa menggunakan peranti global positioning system. (roni.yunianto@bisnis.co.id)

0 komentar: